SERING DIBACA

Archive for Oktober 2014

REVOLUSI PERBAB

By : kontributor
Ada sekian ribu malah lebih dari sejuta orang bersama membangun sebuah peradaban yang megah kokoh dan tak terhancurkan, peradaban yang di bangun ini adalah sebuah peradaban modern dan moderat ia terdiri dari alur dan cerita yang di landasi pemikiran dan bahkan hayalan tentang sesuatu keinginan dari masing-masing individu manusia yang mampu menuangkanya dalam lembaran kata dan kalimat, jika kau tahu apa dari maksud semua ini adalah, sebuah peradaban baru yang lahir dari bibir manusia yang membuncah dari segala inisiatifisasi pribadi dan impian dari sebuah pemikiran yang tak terlaksana, atau bahkan terlaksana dengan setengah hati namun masih ada keinginan yang besar yang hanya bisa di jalankan dari sebuah cara pandang yang radikal namun tetap elegan.

Setiap kali pemikiran akan adanya kejenuhan oleh rasa terkekang karena peraturan yang datang dari pemimpin yang tak berpihak kepada rakyat itu datang, pemikiran sang penulis yang mencari keadilan selalu akan menggoda tangan untuk menari-menari di atas putihnya kertas yang akan tergoresi tinta-tinta pengharapan akan hancurnya sebuah keadaan terkungkung.

Tebal atau tidak, lembaran buku-buku teriakan dari hati dan pemikiran jernih ini laksana pisau yang tajam melebihi tajamnya pedang, buku merupakan tempat berlindung dan tempat mengungkapkan kegelisahan hati seorang penyamun ilham kebebasan dan tempat curahan akan kegundahan hatinya seorang pionir dan aktifis penulis.

Jika keadaan di sebuah tempat/negara tidak ada ruang untuk berpendapat dan menggagaskan sebuah ide pembaharuan, maka buku adalah jawaban sesungguhnya. Dan bila isi, adalah sebuah kebenaran tentang kebejadan dan  kedengkian sang pemimpin, bukan tidak mungkin “pemberedelan” adalah jawaban milik sang pemimpin dan “kemenangan berpendapat” adalah jawaban dari sang pencari keadilan.

Dari Buku Semua Tertawa!!!
Sang pemimpin yang bangga atas keberhasilannya membukam pendapat yang tertuang dalam buku-buku tersebut, yang berisi tentang ancaman merasa telah hilang, walaupun sedikit kecut ia merasakan kekhawatiran di hati kecilnya karena sebagian orang telah membuka dan membacanya, sementara seorang penulis yang mengharapkan keadilan merasa lebih tertawa walaupun hanya sebagian orang saja yang membacanya, paling tidak ada rasa kepuasan karena secercah harapan akan perubahan yang diinginkan telah tergambar dari orang-orang yang membacanya, dan sang pencari keadilan lewat tulisan tetap berharap kepada para pembacanya tersadarkan akan keadaan yang tidak berpihak ini. Karena sang penulis selalu mengharapkan eskalasi dari buku yang telah tercipta dari tarian tangan dan pemikiranya. Karena sekali saja orang membaca satu bait sebuah pemikiran tentang keadaan fakta sebenarnya, maka satu kalimat itu adalah penggugah hati untuk berfikir ulang tentang sebuah keadaan.

Dari Buku Hilanglah Kekuasaan
Jika dalam satu masa, sang penguasa adalah penghianat bagi rakyatnya maka perlawanan adalah jawabanya, tapi bila mana dalam satu masa perlawanan terkungkung oleh tindakan militeris yang dapat melukai  setiap fisik maka pemikiran yang tertuang dalam buku adalah ruang penyampai dan jawaban yang utuh,

Penguasa yang lalim dan haus kekuasaan abadi, akan menggunakan segala cara untuk menghentikan semua bentuk kritikan terhadap dirinya. Dan rakyat di posisikan sebagai objek tertentu yang bisa di atur dengan telunjuknya, dan semua penguasa yang otoriter selalu membuat sebuah alibi yang memposisikan dirinya sebagai civil society, dan sebagai pemimpin dari sebuah kedamaian, padahal di balik semua itu, ada nafsu keinginan untuk menundukan berbagai macam penghianatan terhadap dirinya agar kelanggengan titahnya sebagai penguasa tetap terpelihara dan terjaga.

Mereka pemimpin yang haus kekuasaan menggunakan sebuah peledoi akan kemunafikan dan kelicikannya dan menggunakan berbagai macam cara untuk membagun pengaruh sentimenisme masyarakat dan mengintimidasi, bahkan  memutarbalikan fakta sebenarnya seolah ”penganut impian keadilan terhadap rakyat atau para penulis pencari keadilan”, dan mereka penganut keadilan terhadap rakyat adalah seorang yang isi hatinya menangis dan mencurahkannya dalam sebuah buku tentang ceritanya akan keadaan tidak berpihak ini. Untuk di anggap sebagai musuh yang nyata.

Kursi kekuasan memang mahal dan perlu pengorbanan, selain nafsu yang teramat kuat dari pemimpin yang haus akan kelanggengangannya sebagai raja, mendorongnya mengesampingkan isi hati nurani dan membuat sebuah opini negatif yang di tunjukan kepada para aktifis penulis yang mendedikasikan dirinya pembela rakyat di posisikan sebagai pembangkang dan perusak ketentraman, dan lagi-lagi masyarakat yang takut, di intervensi untuk ikut andil berifikir bersama-sama melawan segala bentuk pemberontakan lewat apapun termasuk kritikan lewat buku.

Ketika tiba masa kehancuran itu, dan ketika para pemimpin licik itu berfoya dengan kemenangannya, sesungguhnya tercipta gerakan bawah tanah dari orang-orang yang terpengaruh dan tergugah hatinya karena pesan dari buku yang di berangus menjadi fase awal terjadinya pembangkangan yang lebih besar. Buku yang berisi perlawanan terhadap suatu keadaan yang tidak berpihak menjadi sebuah pedoman dan pembangkit semangat untuk menghacurkan bersama-sama terhadap konstitusi yang di salah artikan dan di salah gunakan, dengan begitu sesungguhnya keadaan akan perlawanan semakin terang benderang karena buku adalah pembuka pikiran. Dan bentuk perjuangan lembut dengan tidak menjadikan fisik sebagai garda terdepan. Buku selalu menjadi awal bangkitnya rasa nasionalisme dan awal dari perjuangan penggugah untuk menghacurkan segala bentuk kekuasan yang menindas dan tak berpihak. Tetapi buku juga sering di salah artikan ketika sang penulis bukanlah seorang petarung yang melawan ketikdak adilan melainkan seorang pengecut, yang bersembunyi di balik satu frase kalimat hanya untuk menciptakan sebuah kekeliruan dari keadaan yang sudah menajdi hal yang wajar menciptakan keadaan yang tak wajar.


Buku adalah tempat dimana setiap orang dapat menuangkan sebuah pemikiran dari yang hegemonis sampai majemuk, dari yang absoluties sampai yang demokratis, dari hal yang bersifat kelembutan sampai hal yang bersifat radikal semua dapat tertuang dan terangkai, dan isi dari setiap gagasan yang tertulis di buku senantiasa tersimpan dan abadi melekat sepanjang abad.
Tag : ,

MENGHALAU BADAI

By : kontributor
Waktu terus memanggilku
mengoyak lidah liar menyapamu
meruang coba singgah di pelataran rumahmu
dan ku jatuhkan benih ikrar pengharapanku

Sudikah pintu hatimu ku buka

untuk aku tata berhiaskan kata cinta
sembari melempar badan gairah yang tanpak nyata
dan menghalau api kebimbanganmu yang ada

Menghitung waktu dikening jawahmu

seperti telah ku rasakan engkau begitu ragu
coba ku usir asa gelisah disetiap sudut pandangamu
agar kau tahu bahwa aku tak "begitu" 
Tag : ,

TAKDIR BERPISAH

By : kontributor
Di kesepian malam
aku terlelap dalam buaian mimpi 
seperti telah aku dengar engkau telah meninggalkanku
yang masih jauh dalam perjalanan roda waktu

Aku datangi engkau telah tertidur kaku
dan ku pijakan kaki di tanah 
yang menjadi tempat terkahir kalinya 
engkau merebahkan tubuhmu

Lebih dari 5 Jam berlalu
Aku buka kain kapan yang menutupi wajahmu
dan aku peluk erat tubuhmu 
dengan tinggalkan kecupan indah 
yang terakhir di keningmu waktu itu
seperti secuil takdir waktu 
yang tersisa untuk bertemu denganmu

Sekarang 5 Jam kedepan
Sepatah kata ada yang telah memanggilku 
dengan langkah berat ku coba naik di atas parit tanahmu
coba tengadah kelangir biru 
akankah aku berjumpa denganmu kelak di sana
di surganya yang Esa 


Kini 
Aku pasarahkan ketika ragamu 
telah tertimbun tanah di akhir waktu
sementara air mataku tak hentinya 
terisak-isak menangisi kepergianmu
aku jatuh terkulai, dekat batu nisanmu yang membisu 
dan mensesali apa yang tak pernah ku perbuat untukmu

Coba ku peluk gundukan tanah
yang seperti bukit itu
lalu tersirat ingin rasanya aku menyusulmu 
bertemu denganmu kembali 
menggemgam jari-jemari halusnya tanganmu
agar tak lepas dari jangkauan mataku
sambil ku bisikan kata syahdu layaknya lagu 
bahwa "aku rindu dekat denganmu"




Tag : ,

AKU RELA

By : kontributor
Jiwaku terurai merajut asa 
di penantian yang kelam nan lampau 
daki-daki telah terkelupas dari pemukaan kulitku 
mengharap engkau tuk singgah dan menemaniku 

Diam-diam air mataku menetes 

bagai embun yang menyinari rerumputan
ilalang yang kering meliuk-liuk 
seolah menyambut haru atas perginya dirimu dari hidupku 

Usah kau bimbang melihat diriku terpampang 

dikabut badai hitammu 
pergilah dengan hatimu yang diiringi ketulusan 
biarlah diri ini merana da mati sia-sia 
karena mengharap satu hal cerita cinta menjadi nyata
Tag : ,

TAKJUB

By : kontributor
Seperti kemilau rona wajahmu
yang membawa seribu biduk asa perumpamaan
didalam pengejaan kata aku ungkapkan
dan didalam benak yang aku pikirkan
bagiku tetaplah kamu yang berbeda
karena disetiap pandangan ada sejuta untaian kalimat
yang menjadi hiasan

Setelah sekian sejarah yang pernah aku singgahi
akhirnya dirimu menjadi penguasa alam mimpiku
hingga pada detik inipun kamu masih membelakangi pandanganku
hingga aku tak dapat menerjemahkan langkah kaki ini
kemana aku akan menyusuri

Atas nama takdir sepertinya kamu telah menjadi istimewa
hingga Tuhan meniadakan manusia selain dirimu
untuk hadir di dunia menemaniku
aku tak dapat menebak sepenuhnya siapa dirimu
tapi bagiku, cukuplah kamu yang memberi rasa
dari setiap pandangan mata menjadi cerita bahagia
Tag : ,

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -