SERING DIBACA

Archive for 2012

PENYATU

By : kontributor
Setiap pertemuan
memepersilahkan kami
untuk menatap lebih lama
tentang keadaan satu sama lainnya

Dan di setiap pertemuan
membawa kami dalam banyak pilihan
antara kebahagiaan dan kesediahan

Kami di persilahkan, ….
dan kami di beri keleluasaan …..

Untuk bercerita tentang sebuah keharusan
bahwa di setiap pertemuan ada begitu banyak kata sapa
untuk menjadi sebuah candaan daan hiburan

Dan dalam pertemuan-pun
sesekali kami mempersilahkan
sebuah  kegaduhan menyapa kami
sebuah kegaduhan cerita yang membawa sedih dan amarah
yang membuat kami ikut terbawa dalam suasana

Tapi kami yakin bahwa di setiap pertemuan membawa kami
lebih tahu makna dan hakikat sebuah hubungan

Bahwa dalam kemesraan yang tercipta ada celah
untuk kami menyadari bahwa kami ada karena”Dia”
yang menakdirkannya ….

Sebuah renungan
sebuah pelajaran
dan sebuah pengingat
bahwa dalam perjalanan ini
ada sebuah kewajaran dan ketidak wajaran
bahwa dalam perjalanan ini
ada pembiaran misteri yang mungkin hanya milik kami
dan "Dia" yang maha mengetahui

Namun demikian,
bahwa dalam perjalanan ini haruslah tetap punya tujuan
karena kami sadari bahwa kami ada karena “Dia” yang mencipta
bahwa kami ada karena ketidak sengajaan berjumpa

dan bahwa kami ada karena memang saling mencinta …
dan kami ada karena Takdirnya
Tag : ,

SIMISKIN DIDADU

By : kontributor
Badan Pusat Statistik menjadi corong klaim tentang berkurangnya jumlah total kemiskinan, opini ini tidak akan serta merta menjelaskan soal deretan angka jumlah masyarakat antara yang miskin dan sejahtera, karena jelas sudah diberita tergambar berapa jumlah angka kemiskinan yang terus berkurang walupun fakta di lapangan bahwa sesungguhnya kemiskinan semakin merajalela, BPS hanyalah lembaga di bawah kendali presiden, yang mana seluruhnya pengangkatan seorang pemimpin di pilih dan di angkat oleh presiden melalui mekanisme persetujuan DPR, ada kencederungan setiap tahun dan setiap berganti presiden angka-angka tentang simiskin terus berkurang, setiap itu juga angka kemiskinan tidak serta memperlihatkan dengan tegas dan jelas dalam laporannya kepada presiden dan DPR bahwa angka kemiskinan bertambah atau tetap stabil, nyata-nyata fakta yang terjadi adalah berlawanan dengan keadaan sesungguhnya, kalau di runut-runut jika memang kemiskinan selalu berkurang di setiap pergantian tahun atau presiden tentulah kita tidak akan melihat atau jarang melihat seorang pengemis mengais rejeki dengan menyanyikan lagu sumbangnya atau mengharap belas kasihan di jalur-jalur vital seperti lampu merah, dan menengadahkan wajah memelas di trotoar-trotoar jalan, namun kita harus mengakui bahwa kenyataan yang terjadi justru semakin bertambah kian harinya, apakah ini sesungguhnya, apakah data jumlah kemiskinan yang di buat adalah untuk memenuhi dan memuaskan hasrat sang pemimpin eksekutif dalam hal ini presiden, entalah namun kita tahu setiap data yang tergambar jelas membuat kita mengerutkan dahi, dan membuat hati kita bekata “benarkan kemiskinan berkurang seperti apa yang mereka katakan ??? ”

Lebih dari beberapa tahun ini kita memperhatikan angka-angka tentang kemiskinan terus berkurang namun seolah jauh dari persoalan angka dan deretan yang terpampang jelas di beberapa media lokal dan nasional, angka tersebut menyuguhkan sebuah pertanyaan besar yang harus di jawab oleh pihak yang mengklaim bahwa angka tersebut adalah valid dan dapat di pertanggung jawabkan, sekali lagi opini ini tidak akan menyebutkan berapa nilai persentase angka kemiskinan antara berkurang dan penetapan angka-angka dari tahuh ke tahun, opini lebih bersandar pada opini pribadi sebagai masyarakat awam yang mengambil persepsi sesuai dengan pemahaman penulis, sekian angka dan jumlah yang semakin kecil tentang data kemiskinan tetap pada dasarnya tidak akan membuat masyarakat atau kita tersenyum lebar, karena pada intinya masyarakat cerdas tahu tentang kenyataan yang sebenarnya terjadi bukan karena pengaruh media dan terpengaruh informasi lainnya namun lebih kepada merasakan, melihat serta mendengar tentang keadaan rasionl di sekitarnya, bahwa kemiskinan adalah sesuatu yang sensitive dimana antar kebenaran dan kepalsuan bisa di lihat oleh kita sebagai masyarakt Indonesia.

KEMISKINAN DAN SIMISKIN
Membandingkan dari tahun ketahun yang memperlihatkan secara detail tentang laporan-laporan pengurangan jumlah kemiskinan berkurang namun berbau politis tentulah kebenaran dan kepercayaan yang berkembang akan lemah, cobalah tengok survei-survei yang menyajikan kepuasan masyarakat tentang kinerja pemerintah dari tahun ketahun tentang “kepuasan’ maka nilainya adalah normatif atau biasa saja bahkan sesekali kita lihat dari survei yang di beritakan tingkat kepuasan tersebut begitu rendah atau katakanlah nilai persentasi-nya jauh lebih besar tentang ketidak puasannya, hal ini tentu ada konektivitas antar kepuasan dan keadaan sosial yang terjadi di mayasarakat bahwa pada dasarnya antara judul pengurangan kemiskinan yang di rilis Badan pusat statistik dan survei kepuasan masyarat oleh lembaga-lebaga survei independent sangat berlawanan, dan jika memang ada angka kemiskinan berkurang tentulah survei yang menyajikan persentase tentang “apakah masyarakat puas dengan kinerja pemerintah” maka nilai persentasenya harus lebih tinggi dan jauh melebihi nilai persentase tentang pengurangan kemiskinan.

Sebenarnya apakah memang data yang valid ataukah  mereka yang miskin hati nuraninya sehingga tidak berani melaporkan dan memberitakan atau sekedar merilis ke media, bahwa kemiskinan di Indonesia begitu besar jumlahnya, ataukah mereka takut atau merasa ingin berbalas budi karena sudah mengangkat mereka sebagai pemimpin dari badan tersebut dan hendak menggembirakan sang presiden dengan jumlah-jumlah palsu tentang bertambah dan meningkatnya masyarakt sejahtera.

Apalah artinya jika deretan angka yang menjadi ciri khas dari lembaga yang merilis tentang pengurangan kemiskinan hanya berpijak pada orientasi untuk kepuasan pemimpinya demi alasan kelise menyenangkan hati sang presiden dan berbau carmu (carimuka), tentulah integritas lembaga tersebut mejadi pertaruhan besar, dan berakibat karma, siapapun kelak dan oleh siapapun lembaga tersebut di pimpin bahkan oleh seorang yang benar-benar professional dan mampu di percaya oleh masyarakt, jika sistem yang tercipta dari tahun ke tahun hanya untuk memenuhi dan menutupi kekurangan lembaga dan bhkan presiden dalam hal ini kepala pemerintah tidak akan mampu merubah persepsi publik bahwa setiap angka pengurangan kemiskinan yang dirilis selalu akan menimbulkan kecurigaan, apakah benar, bohong, atau fiktif laporan-laporan tersebut bisa di percaya. Ataukah benar bahwa laporan tersebut untuk menutupi kegagalan dalam menjalankan roda pemerintahan karena pada dasarnya kegagalan bawahan (kementerian/Lembaga) adalah kegagalan seorang presiden juga.


Jika sudah seperti itu maka selayaknya nama Badan Pusat Statistik akan berganti julukan menjadi Badan Pusat Simiskin dengan sendirinya, dan seseorang pimpinan baik itu kepala badan pusat simiskin dan presiden yang menjadi tempat pertanggung jawaban tidak akan mampu merubah image dan citra buruk lembaga tersebut di kemudian harinya, jika sudah seperti ini siapakah yang patut di persalahkan, presiden, kepala badan pusat simiskin atau kita sebagai rakyat yang mengamati tentang angka-angka kemiskinan yang selalu berlawanan arah dengan kenyataan.
Tag : ,

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -