SERING DIBACA

Archive for 2016

SINGA PENGKHIANAT

By : kontributor
Aku tak mau hilang kursi
sebelum ambisi menjadi kaki

Aku diam membisu
dikala pengoceh hujat mencaciku

Aku adalah aku
tiang kehidupan 
dari masa yang sedang menjadi abu

Pada akhirnya tak seorang sudikkan aku 
sebelum mereka tahu siapa diriku sebenarnya

Sebelumnya aku adalah singa, 
raja diraja dari sebuah koloni 
yang aku khianati tanpa  ada yang mengetahui

Aku diam saat waktu mulai mengganggu, 
aku sembunyi dikala kawan telah menjadi lawan 
dan aku akan datang dikala teriakan telah berlalu.

Aku menertawai mereka 
yang masih dewakan diri ini
aku menari diantara keledai mati 
yang menjadi mangsaku
aku menggelitik asyik memandang arena alam liarku
sedang ku tahu saat ini aku sudah dapatkan yang aku mau walaupun sebagian telah kubodohi dengan seribu janji
tapi mereka tak pernah sadari sebab mereka adalah kurcaci yang terus akan bernyanyi untuk membela jiwa ini

Biar yang bernyanyi terfitnah dengki
sedang aku memanen puja dan puji
dari diamku
dari caraku
dari mereka yang tak pernah tahu maksud dan tujuanku

Aku tertawa hahahhahahaha
aku semakin berkuasa
Aku adalah raja yang akan diam seribu bahasa
sampai kemenangan itu datang dari bisunya aku
dari hilangnya aku yang sesaat
dari dusta yang menjadi alat

Dalam permainanku

Dan aku
kan kembali sebagai raja 
ketika riak usir itu telah berakhir
Tag : ,

WESTERNISASI LEBAY

By : kontributor
Perkembangan informasi yang  cepat bahkan terkadang lepas dari kontrol baik oleh negara maupun oleh individu tertentu serta rendahnya pemahaman menjadi awal di mana gaya dan passion style maupun pola pikir masyarakat berubah. Isu Globallisme, Liberallisme, Kapitalisme atau bahkan Sekulerisme, selalu menyatu dalam bingkai Westernisasi di abad modern ini. Penguasaan informasi dan media oleh bangsa barat bukan tidak mungkin membawa pengaruh dari hal yang kecil sampai sekala yang besar. Peradaban yang lemah akan terhapus oleh peradaban yang kuat yang lebih dominan menguasai media. Seperti bangsa atau Negara Amerika dan Negara Eropa lainya yang menguasai hampir 65% media di dunia ini, mereka mampu menciptakan opini hanya dengan 1 hari atau bahkan beberapa jam dengan sebuah media televisi, internet atau bahkan media lainya. Isu Westernisasi terkesan seperti senjata untuk merubah dan menyatukan beberapa budaya atau pandangan menjadi satu kesatuan yang hegemonic untuk menjadi sama, baik dari aspek budaya, politik, hukum, teknologi. Pendidikan bahkan agama.

Apa Itu Westernisasi
Bukan tidak mungkin aku dan sebagian masyarakat lainya : berpendapat sama seperti dalam tulisan ini bahwa Westernisasi adalah pengaruh atau paham yang hendak menjadi budaya baru yang tercipta karena arus informasi atau bahkan tercipta karena sebaran atau tersebar baik itu oleh media elektronik maupun cetak yang datangnya dari bangsa barat, baik secara langsung atau bahkan tersamar. Dan westernisasi mempunyai pengaruh luas  dalam hal apapun, seperti yang tercamtum di atas yaitu :

Budaya, Politik, Hukum, Teknologi. Pendidikan bahkan Bahasa dan Agama

Kepercayaan diri yang rendah dalam suatu bangsa atau Negara, adalah target dimana westernisasi menjadi senjata untuk menyerang setiap kelemahan yang ada. Westernisasi mampu merubah sesuatu yang tabu atau bahkan “masih canggung untuk di ungkap” menjadi sesuatu hal yang biasa, pola pikir setiap individu mampu di rubah hanya dengan berbekal sebuah perangkat media informasi. Di tengah bangsa yang manjemuk westernisasi mampu beradaptasi dan menjelma menciptakan sesuatu seperti budaya yang baru dan kultur baru dalam masyarakat yang terseok dan kalah saing dalam bidang penguasaan media.

Westerniasi Indonesia
Indonesia adalah Negara terhebat menuruku :  dimana ada berjuta suku dan karakteristik yang berbeda pula di setiap pendudukanya, dan Indonesia adalah negara dengan perkembangan perangkat media tercepat  di antara negara di kawasan Asean lainya. Seperti Jepang yang menerima budaya westernisasi namun tetap mepertahankan nilai2 luhur, karakterisktik dan norma serta berpegang teguh akan warisan budayannya. Sehingga adanya isu westernisasi di jadikan sebagai proteksi dimana negara mau tidak mau harus aktif untuk memberi kesempatan dan membantu sekuat mungkin budaya lokal atau kekuatan asli untuk tetap membumi.

Simpang Siurnya Westernisasi
Sesuatu yang menyakut tentang kemajuan sering di artikan pula sebagai bagian dari akibat westernisasi, padahal sesungguhnya tidak.!!
Kemajuan tenknologi sering pula di artikan sebagai bagian dari westernisasi padahal sesunggulnya tidak!!!
Menurutku secara “pribadi :

Pada dasarnya kemajuan teknologi adalah tergantung dari kemampuan masing2 setiap bangsa atau negara akan SDM di masyrakatnya. Pengertian yang salah akan westernisasi yang selalu berhubungan dengan kemajuan adalah sesunggunya bohong besar. Karena sesungguhnya suatu negara atau bahkan bangsa lainya bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik dan lebih maju dari bangsa barat tanpa harus meniru, dan bahkan berhak akan pengakuan dan legitimasi suatu tentang istilah “kemajuannya” baik dari segi teknologi budaya dan sesuatu yang mencakup gaya hidup. Bahkan sebaliknya jika mampu menguasai peradaban dan menguasai informasi di dunia kita bisa menggerakan paham Easteniasi terhadap budaya barat namun semua itu tergantung dari konsistensi kita dimana kita mau bersama2 bergandengan menguasai teknologi informasi dan sejenisnya. Tidak dapat di pungkiri karena faktor sesungguhnya, adanya penyebaran isu westernisasi adalah media informasi.

Diantara Westernisasi Ada Easternisasi.
Masyarakat yang mengaku dirinya berbudaya timur sejatinya harus mampu menjadi masyrakat yang mampu memimpin dan membenamkan dirinya dalam segala aspek kekuatan dan kemajuan dan menjadikan budaya yang ada dan yang telah di pegang teguh untuk tetap mempertahankan ke aslianya dan menjalankan budaya aslinya dalam keseharian serta menjadikan pula budaya atau pengaruh barat sebagai budaya kritis dan penyeimbang bahkan pendorong dan motivasi untuk sebuah keselarasan dan memahami bahwa di samping kita ada budaya yang berbeda tanpa semuanya harus kita ikuti. Bukan dengan mencela dan menghujat dengan pikiran sempit. Apalagi harus dengan isolasi dari kepungan budaya barat.

Westernisasi, sesungguhnya bukanlah budaya “ia” (westernisasi) adalah seperti paham atau pengaruh atau cara keinginan untuk meniru budaya tertentu yang datangnya dari barat dan menjadikannya sebagai penguat ego di tengah perkembangan zaman akan peradaban baru dan menjadikanya “ia” sebagai gaya atau passion baru dalam berkehidupan dan bermasyrakat.

Kita bisa melawan westerniasi dengan Easternisasi yaitu memulai dengan suatu gerakan dimana gerakan tersebut adalah adanya penayadaran akan kesederhanaan hidup namun tetap dengan cara berpandangan maju. Tanpa harus meninggalkan budaya asli kita dan darimana kita berasal. Tidak sepenuhnya westernisasi mengandung unsur kehebatan di balik itu semua ada tempat dan ciri cara pandang yang berbeda karena pengaruh lingkungan dan adata istiadat. Sementara cara mereka yang kita ikuti terkadang tidak sesuai dengan suatu keadaan dan lingkungan di sekitar kita.

Opini pribadi ini tidak bermaksud bahwa penulis berhaluan atau bahkan tunduk terhadap sesuatu yang berhubungan dengan bangsa barat tetapi lebih kepada apa yang ingin di sampaikan bahwa kita  yang merasa berbudaya timur harus bisa menerimanya karena seiring perkembangan dunia, kadang kala budaya memerlukan suatu akulturasi atau percampuran sebagai rasa saling menghargai dan menyeimbangkan yang ada, begitupun yang terjadi di belahan negara barat lainya mereka berlomba melawan budaya timur yang dengan istilah dan santer saat ini di Eropa dan Amerika lainya tentang maraknya arus imigran dan isu islamisasinya serta terkenal pula dengan merebaknya isu Easternisasi yang di bawa oleh orang2 Asia pada umunya yang singgah dan bermukin disana. Mereka (Bangsa barat dan Amerika) melawan dengan Intelktualitas dan tetap dengan toleransi tinggi bukan dengan pandangan sepit atau picik bukan dengan lebaya atau berebihan.

Satu point dimana Westernisasi akan tercipta  bila suatu pemimpin atau bahkan individu masyarakatnya lengah dan tak mampu memfilter budaya barat untuk di ambil mana bagian dari yang positif dan mana dari bagian yang negative. Dan kuatnya penguasaan media oleh bangsa2 barat tanpa kontrol atau bahkan kesadaran dari masyrakatnya kadang begitu kuat pengaruhnya. Bahasa, gaya berpakaian dan cara berfikir dan pandangsn nyeleneh bahkan memutarbalikan fakta serta menjadikan sesuatu yang sebenarnya “benar” menjadi sesuatu yang di anggap “salah” dan sesuatu yang sebebarnya “salah” menjadi sesuatu yang di anggap “benar”. Itulah pembiasan salah dan pemahaman yang salah kaprah  dimana sebagian dari kita tidak memahami subtansi arti pengaruh dan pesan yang ingin di sampaikan oleh bangsa barat.


Bangsa yang unggul dan percaya akan kemampuan masyarakatnya mampu membedakan mana bagian dari westernisasi dan mana dari akulturasi.
Tag : ,

DIKTATORIAN

By : kontributor
Pemimpin Diktatorian & Kemunafikan Yang Terselubung Dalam Persfektif Masa Kini
Lebih dari beberapa abad semenjak dimulai era manusia membangun sebuah peradaban, dan dengan beberapa sejarah kepemimpinan dari berbagai latar dan bangsa yang berbeda-beda, dan dari tempat yang berbeda, selalu di terselip tentang cerita para pemimpinnya yang pengecut dan berlindung di balik kesombongannya, menciptakan suasana yang nyaman namun membimbngungkan sebagian masyarakatnya yang dipimpinnya, karena sifatnya yang cenderum bermuka ganda dan dengan segala caranya tercipta sebuah sistem otoritarian yang menyentuh segala lapis kehidupan masyarakatnya.

Pemimpin yang munafik tak lebih dari baunya seperti bangkai yang menganga di tengah-tengah gurun, ia kerap menjadikan sandaran dan argumen disaat keadaan terasa terjadi sebuah penyudutan akan dirinya sebagai manusia yang mempunyai kekuasaan. Pemimpin yang berfantasi dengan “Egoisme” selalu terlahir dengan mahkota sifat politikus yang selalu bermain dalam ketidak pedulian, bila disaat kepentingan yang lain tentang kelanggengan titahnya sebagai sang raja kerap terancam akan bayangan kehancuran, dengan sigap ia akan berusaha melakukan tindakan prepentif.

Pemberangusan dan pencitraan dirinya seolah mengalir sama yang tak akan terpisahkan, pemberangusan terjadi bila sebuah kabar yang tertuju pada dirinya adalah kabar kontraproduktif, kabar yang akan merusak kepemimpinannya dan integritas sebagai “Law  of Leaders” dari masyarakat-nya. Maka jalan pemberedelan adalah pilihan terbaik untuk melindungi kekuasaan yang telah dimilikinya, segala tindakan baik itu sebuah pendapat atau gagasan yang mengancamdan menyindir dan cenderum menyudutkan dirinya atas kebijakannya, harus sesegera mungkin di hancurkan bahkan di tiadakan dalam pemberitaan media, padahal argument yang sedang di tentangnya adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan akan kegagalanya sebagai pemimpin dan kesalah kaprahanya telah membuat rakyatnya menangis dan meronta akibat dari kebijakannya yang tak pernah memihak kaum miskin .

Indonesia bukan negeri di masa dinasti kerajaan, yang dengan segala cara ketika titah sang raja tidak tidak sesuai dengan kehedaknya penjegalan akan kewenangan menjadi jawaban, namun Negara ini adalah sebuah Negara yang di bangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, dimana kebebasan berpendapat dan berekpresi menjadi sebuah menu yang mau tidak mau suka tidak suka harus di apresiasi dan di hargai. Karena demokrasi lahir dan ada atas nama kebebasan.

Demokrasi lahir dari niat yang tulus, ketika sang pemimpin lahir dari rahim demokrasi maka yang terlahir harus mampu mempertanggung jawabkan integritasnya sebagai pemimpin yang lahir dari rahim pemilu yang di nahkodai atas nama demokrasi, karena demokrasi selalu beriringan dengan rasa hormat dan tanggung jawab, hormat bagi yang kalah terhadap pemenang dan bertanggung jawab bagi pemenang untuk menjalankan amanah kekuasaan yang di berikan rakyatnya dan untuk rakyat sesuai tempat dan kapasitasnya, dalam opni ini jelas demokrasi bagi sang pemimpin yang lahir dari rahim pemilu demokrasi adalah memberi seluas-luasnya kewenangan kepada masyarakat untuk berpendapat dan mengkritisi kebijakanya bukan dengan membungkam lewat media dan menutup diri dari berita tentang apa yang sudah menjadi cerita dalam hari-harinya, bhkan bukan dengan menasbihkan dirinya sebagai pemimpin yang penuh kemunafikan dimana menyanjung demokrasi namun di lain pihak menampik apa yang sudah menajadi seharusnya.


Kadarnya demokrasi adalah memberi ruang bagi  masyarakat dan pemimpinpinnya, dimana kebebasan seluas-luasnya adalah jawaban dari fakta integritas bagi semua lapisan yang menerapkan dan ikut andil di dalamnya.
Tag : ,

BENDERA 1/2 TIANG

By : kontributor
Hari ini ku gantungkan sepatu sebagai pertanda bahwa aku sedang berduka, tanpa ku pasangkan sebuah bendera di halaman depan rumahku karena memang di rumahku tak ada tiang untuk memasangkannya, maka sepatu bagiku adalah pengganti sementara dari rasa dukaku, tak ada maksud untuk menyamakan antara sepatu yang kugatung dengan sebuah bendera apalagi itu sebuah bendera yang menjadi lambang dari negaraku. Aku menggantukan sepatuku yang sudah bau terasi dan kusam itu karena merasa bahwa saat itu cuku pantas untuk menggambarkan betapa dukanya hatiku hari ini melihat boom dimana-mana, bukan boom buatan teroris yang terkordinir dan terencana boom ini jauh lebih bahaya dari boom yang biasanya, boom ini dimiliki oleh hampir seluruh penduduk negeri ini. Dan aku melambangkan kedukaanku dengan menggantungkan sepatu sebagai tanda atas keprihatinanku akan tulinya para penguasa di negeri ini.

Banyak yang berasumsi dan berpikir bahwa ini adalah ledakan terakhir karena dari tv banyak komentar dari para penyebar boom bahwa semua akan di usahakan untuk tak terjadi lagi, heheheee aku sich senyum-senyum saja mendengar dan melihat tayangan di tv tadi, bagiku kejadian hari ini adalah rentetan yang akan berkelanjutan, ‘bagaimana mungkin aku bisa sampai berpikir seperti itu kalau bukan tanpa alasan?”” heum…..

Sebenarnhya kejadian hari ini adalah kejadian basi bagiku, semenjak berita tentang ada seorang ibu yang mengantarkan anaknya ke istana untuk meminta pertanggung jawaban dari pemimpin, nach lho kenapa?”” sumber dari media menyebutkan bahwa seorang ibu kesal karena anak semata wayangnya adalah korban dari kebijakan penguasa yang terlalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan dampak dan melihat sejauh mana masyarakat kita pintar untuk bisa cepat memahami program dan penggunaan benda yang kusebut sebagai boom itu, hah” sekali lagi kita harus berduka karena setelah kejadian anak yang terkena ledakan tersebut di lain waktu ada lagi yang menjadi korban, selang beberapa hari ternyata dugaanku benar” betul saja sebuah harian Koran nasional memberitakan bahwa satu rumah dan hamper saja satu keluarga tewas tertimpa atap rumah di beritakan para korban luka hamper tertimpa bangunan yang roboh karena adanya ledakan dari sebuah kompor yang katanya lebih canggih dari minyak tanah” oya”,… emang sich canggih tinggal di putar langsung nyala selain itu ga terlalu ribeut karena cukup praktis, itu sich katanya?” yach aku lihat juga bentuknya cukup imut dan lucu, para pembuat kebijakn bilang beratnya katanya hanya 3kg, tapi  ketika aku angkat sepertinya banyak kurangnya, Hah! aku berfikir bahwa Penguasa sudah menjadi anggota dalam dunia kebohongan.

Aku bisa saja menggatungkan bendera setengah tiang bahkan setengahnya bisa lebih tinggi dari bukan bendera setengah tiang bila yang keduakaanku adalah tentang meninggalnya beribu rakyat korban ledakan boom si imut 3kg. dan aku lebih merasa berduka saat kulihat rakyat yang menjadi korban dari kebijakan yang di paksakan, daripada harus berduka pada penguasa yang meninggal dunia tetapi tak pernah memikirkan keluhan rakyat saat dimana ia mempimpin dengan ke sombongannya memelihara sifat acuh. Dan kejadian hari akhir-akhir ini sama persisnyha dengan pemimpin yang sudah mati isi hatinya, bahkan berkali-kali demo dimana-mana meminta program kebijakan konversi ini untuk di hentikan, tetapi kegelapan yang menyelimuti para penguasa ini telah menutup atas segala fakta yang terjadi di lapangan heum…

Yach namanya juga anjing menggonggong kafilah berlalu kebijakan ya kebijakan korban ya korban, buat penguasa semua bisa di atur tinggal di beritakan saja “bahwa semua sudah untuk mengurangi subsidi” beres dech urusan, yang pentingkan tenang untuk sementara waktu dari pada pusing menanggapi rakyat yang terus mengeluh, (kilah peguasa)””. Duka dan tangis dimana rakyat jadi korban dan meninggal sia-sia karena ulah konversi yang di paksakan, belum beres satu berita sudah ada lagi berita di radio terjadi ledakan dan korban 1 orang meninggal akibat si bentuk imut 3kg. “ya Tuhan”… sampai kapankah akan terus berulang, rasa-rasanya makin gerah saja badan ini mendenngar berita dimana-mana tentang korban ledakan, lebih gerah dan membuat  aku panas adalah  yang membuat kebijakan cuma bisa ngomong dan menyalahkan “tolong bawahan di realisasikan lagi cara penggunaannya”, dan si pembuat tabung imut 3kg juga sama sekali hilang muka alias dalam artian hilang malu.

Ketika satu peristiwa terjadi untuk kesekian kalinya,  maka rencana untuk beriklan tentang sebuah realisasipun mulai di lakukan lagi dan kampanye bahwa semua harus sesuai prosedur pemasangan ramai menghiasi sarapan pagi dalam sebuah berita, dan ketika berita ledakan itu redup sekonyong-konyong redup pula pemberitaan tentang iklan realisasi, begitulah cerita klise di negeri ini yang ramai ketika ramai dan sepi ketika sepi. Aku berduka untuk rakyat yang menjadi korban dan aku berduka akan tulinya pembuat kebijakan.

Para pembuat kebijakan hanya bisa berbasa-basi, mereka tak pernah merasakan bagaimana rakyat selalu khawatir ketika harus menyalakan si imut 3kg, makanya bagaimana akan sensitif terhadap keluhan rakyat kalau yang terjadi adalah bahwa para penguasa tak pernah belajar untuk mersakan was-wasnya menyalakan api dari si imut 3kg.

Hehehee…
Tag : ,

RETORIKA KAMPANYE

By : kontributor
Kritis KampanyeInilah demokrasi, kritikan yang lahir akan membangun dan merangsang setiap orang untuk sama-sama belajar lebih tahu, yang secara tidak langsung pula menciptakan terbangunnya rasa kepedulian dari setiap diri, baik pemikiran dan hati manusia untuk mencari tahu dan peduli pada situasi dan kondisi saat ini, terlebih pada momen-momen pemilu 2014.

KRITIK DAN FITNAH
adalah notasi kata yang berbeda, smua ada notasi dan konotasi kearah mana setiap kalimat itu di arahkan. Kritik adalah sesuatu yang bersifat fakta yang berdasarkan pada keinginan untuk membangun sesuatu yang konstruktif dan bukan kontraproduktif, sementara fitnah adalah sesuatu yang penuh kebohongan tanpa fakta, fitnah berisi retorika tanpa arti tanpa bukti dan tanpa isi.

Kalimat-kalimat Tendesius yang menohok bukan berarti pula suatu rasa keberpihakan, bukan pula sesuatu kerikil yang mesti dipersoalkan, tapi kenyataanya suatu kebenaran akan rekam jejak pelu suatu klarifikasi agar masyarakat tahu “track record” dari setiap calon pemimpin, layak atau tidak smua di kembalikan kepada masyarakat, benar atau tidak suatu penilaian akan dikembalikan kepada masyarakat baik kepada si pengkritik dan yang dikritik.

Inipula rangsangan argumen politik yang sudah mulai-mulai terasa diantara para netters, mau tidak mau, suka tidak suka rangsanngan setiap informasi akan membawa kita pada akhirnya ikut terlibat menjadi pemantau yang tanpa di sadari pada situasi apapun sesuai momen yang terjadi.

Semua ucapan keritik mengandung resiko, siap tidak siap, asal berdasarkan fakta kita tidak boleh mundur atau cenderung urung untuk vokal menyampaikan suatu gagasan dan himbauan, semua sudah ada jaminan dan lindungan, asal bukan fitnah yang disampaikan semua syah untuk disampaikan. Soal sanksi moral itu bagian dari suatu proses yang harus di terima dan sudah pasti seseorang yang mengkritisi sudah tentu memikirkanya.

Kita tidak hidup dalam kungkungan sejarah di masa kelam, di mana kebebasan berbicara bergitu di batasi, sekalipun bersifat membangun pada akhirnya akan di anggap suatu pengkhianatan dan pemberontakan. Kita tidak bisa diam begitu saja ketika ada sesuatu yang kurang maka sewajarnya kita berbagi agar kita sama-sama tahu, dan mencari tahu, dan jika suatu Keritik berdasakan bukti maka selayaknya di apresiasi bukan untuk di batasi dan kemudian di ingkari atau malah di cemooh. Bagaimanapun seorang pengkritik atau seorang yang berambisius untuk membukakan pemikiran masyarakat, sekalipun keritikan bersifat objektif jika di dalamnya hanya di lihat oleh karena suatu ikatan/kemasan pada suatu penghargaan (dukungan) di belakangnya, tanpa melihat isi subtansi yang di ingin di sampaikan oleh si pengkritik, maka dia akan terlihat salah dan di anggap salah oleh sebagian masyarakat.

Junjung Independensi Kritik dan berusaha Objektif walaupun kita ada di kubu A, B atau C. Semoga kita bisa lebih bijak, dan mengukur segala sesuatunya dari segala kebenaran bukan kesesatan dalam beropini.
Tag : ,

SEPERTI INI ITU

By : kontributor

Pemimpin yang aktif di Medsos akan lebih banyak punya peluang memiliki rasa kepekaan tinggi di banding mereka yang tak aktif atau bahkan tak memiliki medsos. Karena masyarakat yang lebih dominan pada isu-isu terkini dan kritis adalah mereka para netizen (masyarakat dunia maya)

Pemimpin yang aktif di medsos seperti Kang Emil Ridwan Kamil) adalah pemimpin masa kini dan masa depan atau pemimpin yang harusnya ada pada tahun dimana teknologi sudah benar-benar milik semua orang.

"Responsif/tanggap pada setiap keluhan, tidak merasa sensi/alergi dan semua di respon dengan bijak serta di barengi dengan sifat kesabaran sebagai pemimpin dalam menjawab setiap persoalan yang di sampaikan masyarakatnnya”.

Semoga makin banyak pemimpin-pemimpin yang tidak sekedar pencitraan memasang baliho, spanduk besar di jalanan tapi sensi ketika ada keritikan, terlebih Via Medsos, biasanya ketika kritikan atau sindiran itu hadir acount-acount medsos mereka langsung nonaktif.


Semoga langkah Kang Emil yang lebih mengutamakan Medsos dalam mendengar keluhan masyarakat di contoh oleh calon pemimpin-pemimpin lainnya. Semoga.
Tag : ,

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -