SERING DIBACA

Archive for November 2015

TERROR OF ERROR

By : kontributor
Kritis adalah bentuk penyadaran dan koreksi bahwa ada yang harus di ketahui dan di sebarkan agar orang-orang tahu tentang apa yang belum di ketahui, tapi tentu apa yang di sebarkan harus berdasarkan sumber-sumber rujukan media dan fakta, agar apa yang disampaikan juga ada pertanggung jawabkan jadi bukan sekedar membual. Dan media yang jadi rujukan juga adalah media yang memang sudah kredibel bukan abal-abal, ketika kita bernyanyi (mengkritisi) juga ada jaminan yang bisa menjadi dasar sumbernya.

Dalam setiap postingan di momen tertntu Saya tidak akan berhenti untuk menyebarkan/membagi setiap persoalan tentang segala bentuk permasalahn yang terkait dengan isu-isu sosial, sejauh yang saya tahu itu bermanfaat dan sudah ada media yang memberitakan terlebi dahulu, maka saya akan turut serta membagikannya kepada teman-teman semua agar semua saling tahu dan mengetahui. Postingan yang saya buat ini terkait adanya penangkapan salah seorang bernama "Muhamad Arsad" terkait postingan di acount facebooknya yang isunya memajang desain poto porno presiden Jokowi di salah satu group debat politik, kasus Arsad Jelas salah, karna mengandung plecehan terhdap kepala negara dan sifatnya mengada-ada yang tidak ada sumber berita, dan ini bukan sebuah kritis tapi sudah masuk ranah pelecehan terhdap institusi negara, karena Presiden Jokowi jelas sudah jadi presiden Indonesia itu sama artinya yang bersangkutan telah menghina Rakyat Indonesia dan dirinya sendiri.


NAMUN JADI SEBUAH PERTANYAAN ....
Ketika sebuah kasus Plecehan Presiden RI juga pernah terjadi pada waktu yang sudah terlewati. Cerita sebuah kasus desain porno yang di alamatkan kepada presiden sebelumnya yaitu presiden SBY oleh Ausralia, bahkan kasusnya lebih gila dan lebih parah, tapi media maupun polisi Indonesia  tidak terlalu mempermasalahkannya, bahkan salah satu penggiat bloger dan Kaskuser Indonesia pernah berani memajang gambar-gambar tersebut, apakah reaksi polisi langsung bertindak ? TIDAK!. Karna pemerintahan yang sedang berjalan pada waktu itu bukan sedang membangun sebuah transformasi jabatan dan pemerintahan, tapi sdah dalam proses menjalankannya itu artinya peluang mempera peradilkan dan untuk menarik perhatian pemimpin sangat-sangat tipis, tapi mungkinkah kejadian yang menimpa sdr. Arsyad yang tidak terlalu penting ini di blowup untuk sesuatu motif, semoga saja tidak! Kita harapkan mudah-mudahan Polri melakukan hal itu berdasarkan karena adanya sesuatu yang memang di langgar oleh pelaku dan bukan bertindak karena adanya sesuatu yang sedang di cari atau motif tertentu.

Semoga kasus ini menjadi perenungan, bahwa setiap postingan haruslah berdasar tidak sekedar asal, baik gambar maupun tulisan, karena UU IT juga banyak disalah gunakan oleh oknum terntentu untuk menjegal lawan, salah satunya untuk membukam para aktivis dan kritikus di jejaring media, penyalahgunaan UU IT juga kadang di jadikan alat oleh mereka kaum fanatisme ketokohan untuk membungkam teman, lawan, dan pembuat opini yang kritis agr hilang dar peredaran.

Yang menjadi persoalan tadi adalah adanya oknum yang menyalah gunakan UU IT untuk menjadi alat membungkam suatu isu kebenaran namun sensitif dan yang sudah menjadi rahasia umum di publik dunia maya, agar isu-isu sensitif itu hilang. Dan cerita tukang tusuk sate jelas kesalahan ada pada pelaku karena yang bersangkutan memposting suatu fitnah plecehan dengan gambar yang tak etis, tapi ada cerita yang patut kita dukung dan menjadi sesuatu yang mengherankan ketika seorang Prita memposting suatu keluhan akan pelayanan rumah sakit dengan maksud mengkritisi agar pelayanan terbut lebih baik kedepannya yang bersangkutan kemudian di laporkan oleh pihak-pihak yang merasa tersinggung tersebut jelas ini suatu bentuk pelanggaran dan intimidasi, yang bisa sangat-sangat mengancam kebebasan berpendapat bagi yang lainnya.


Semogapula kejadian Tukang Tusuk Sate ini, lagi-lagi tidak menjadi alat pembenaran untuk melegalkan suatu intimidasi atau ancaman pada para kritikus dan para aktivis khususnya keapda para kativis yanga aktif sosmed. Semoga.
Tag : ,

BANGSAT DEMOKRASI

By : kontributor
Aku berdiri menyaksikan wajah-wajah garang menghiasi kursi-kursi dewan atau kekuasanan lainya, garang bukan dalam arti sesungguhnya, garang disini lebih bersifat wajah garang yang dalam artian bahwa mereka sangat berambisi dan haus untuk selalu duduk di atas kursi empuk, memang siapapun yang sudah terlena akan nikmatnya menjadi seorang penguasa paling tidak ke alfaan itu ada, apalagi jika yang terpilih adalah orang-orang pintar dalam hal tender proyek bukan sesuatu yang mustahil jika tanda tangan untuk sebuah bukti pun tak masalah yang penting amplop sudah di tangan.

Ketika satu masa kekuasaan jatuh pada satu manusia yang lebih mementingkan selembar amplop ketimbang sebuah amanah di ujung jari, maka yang terjadi adalah perampokan akan kepercayaan dan maling-maling demokrasi siap berkhianat terhadap konstitusi yang sudah menjadi tempat berteduh bagi rakyat, demokrasi memang mempersilahkan siapapun untuk bisa duduk di atas kekuasaan,  tetapi ketika demokrasi itu salah memilih penguasa maka yang terjadi adalah hilangnya kepercayaan yang di awali dengan sebuah peraturan yang memetingkan pribadi ketimbang kepentingan hajat hidup orang banyak.

Kekuasaan yang di salah gunakan lambat laun akan membunuh kewajaran, peraturan-peraturan akan di buat sedemikian rupa demi sebuah kalimat tentang “kelanggeungan” dan hajat hidup orang banyak bukan lagi sebuah prioritas untuk di nomor satukan tetapi yang terjadi adalah bahwa kepentingan pribadi adalah dewa terhebat yang membahagiakan diri sendiri dan golongannya.

Banyak sudah sejarah kelam dalam republik ini ketika satu pemimpin menjadi seorang diktator maka kepentingan pribadi menjadi sebuah primadona yang tak boleh di lewatkan, dan dalam kasus seperrti ini Negara seolah memelihara bangsat demokrasi atas nama kepemimpinan walaupun yang sedang memimpin adalah tikus tengik yang menggerogoti kepercayaan rakyat, memang demokrasi adalah pilihan terbaik ketimbang sebuah monarki, tetapi ketika rakyat tidak jeli memilih seorang calon pemimpin darimana  dan bagaimana waktaknya, bersiaplah bahwa peluang untuk mendapatan seorang bangsat demokrasi sangat terbuka lebar, demokrasi bukan memilih kucing dalam karung demokrasi adalah penyampai amanah dari rakyat yang berharap akan adanya sebuah perubahan bukan sebuah kemelaratan.


Demokrasi bukan tempat mencari garong kekusasan, demokrasi bukan tempat untuk mencari orang-orang bejad yang akan duduk di kursi kekuasan, dan dalam sejarahnya demokrasi sedikitpun tidak mempersilahkan maling-maling pengambil kepercayaan rakyat untuk duduk berleha-leha ketika rakyat yang di bawah menderita, tetapi demokrasi menempatkan dan mecari orang-orang yang mau dan rela berkorban untuk kepentingan dan kemaslahatan rakyat banyak bukan golongan atau individu yang menjadi kepantasanya!!!
Tag : ,

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -