- Back to Home »
- Pemikiran »
- BENDERA 1/2 TIANG
Posted by : kontributor
Kamis, 01 September 2016
Banyak yang berasumsi
dan berpikir bahwa ini adalah ledakan terakhir karena dari tv banyak komentar
dari para penyebar boom bahwa semua akan di usahakan untuk tak terjadi lagi,
heheheee aku sich senyum-senyum saja mendengar dan melihat tayangan di tv tadi,
bagiku kejadian hari ini adalah rentetan yang akan berkelanjutan, ‘bagaimana
mungkin aku bisa sampai berpikir seperti itu kalau bukan tanpa alasan?””
heum…..
Sebenarnhya kejadian
hari ini adalah kejadian basi bagiku, semenjak berita tentang ada seorang ibu
yang mengantarkan anaknya ke istana untuk meminta pertanggung jawaban dari
pemimpin, nach lho kenapa?”” sumber dari media menyebutkan bahwa seorang ibu
kesal karena anak semata wayangnya adalah korban dari kebijakan penguasa yang
terlalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan dampak dan melihat sejauh mana
masyarakat kita pintar untuk bisa cepat memahami program dan penggunaan benda
yang kusebut sebagai boom itu, hah” sekali lagi kita harus berduka karena
setelah kejadian anak yang terkena ledakan tersebut di lain waktu ada lagi yang
menjadi korban, selang beberapa hari ternyata dugaanku benar” betul saja sebuah
harian Koran nasional memberitakan bahwa satu rumah dan hamper saja satu
keluarga tewas tertimpa atap rumah di beritakan para korban luka hamper
tertimpa bangunan yang roboh karena adanya ledakan dari sebuah kompor yang
katanya lebih canggih dari minyak tanah” oya”,… emang sich canggih tinggal di
putar langsung nyala selain itu ga terlalu ribeut karena cukup praktis, itu
sich katanya?” yach aku lihat juga bentuknya cukup imut dan lucu, para pembuat
kebijakn bilang beratnya katanya hanya 3kg, tapi ketika aku angkat sepertinya banyak
kurangnya, Hah! aku berfikir bahwa Penguasa sudah menjadi anggota dalam dunia
kebohongan.
Aku bisa saja
menggatungkan bendera setengah tiang bahkan setengahnya bisa lebih tinggi dari
bukan bendera setengah tiang bila yang keduakaanku adalah tentang meninggalnya
beribu rakyat korban ledakan boom si imut 3kg. dan aku lebih merasa berduka
saat kulihat rakyat yang menjadi korban dari kebijakan yang di paksakan,
daripada harus berduka pada penguasa yang meninggal dunia tetapi tak pernah
memikirkan keluhan rakyat saat dimana ia mempimpin dengan ke sombongannya
memelihara sifat acuh. Dan kejadian hari akhir-akhir ini sama persisnyha dengan
pemimpin yang sudah mati isi hatinya, bahkan berkali-kali demo dimana-mana
meminta program kebijakan konversi ini untuk di hentikan, tetapi kegelapan yang
menyelimuti para penguasa ini telah menutup atas segala fakta yang terjadi di
lapangan heum…
Yach namanya juga
anjing menggonggong kafilah berlalu kebijakan ya kebijakan korban ya korban,
buat penguasa semua bisa di atur tinggal di beritakan saja “bahwa semua sudah
untuk mengurangi subsidi” beres dech urusan, yang pentingkan tenang untuk
sementara waktu dari pada pusing menanggapi rakyat yang terus mengeluh, (kilah
peguasa)””. Duka dan tangis dimana rakyat jadi korban dan meninggal sia-sia
karena ulah konversi yang di paksakan, belum beres satu berita sudah ada lagi
berita di radio terjadi ledakan dan korban 1 orang meninggal akibat si bentuk
imut 3kg. “ya Tuhan”… sampai kapankah akan terus berulang, rasa-rasanya makin
gerah saja badan ini mendenngar berita dimana-mana tentang korban ledakan,
lebih gerah dan membuat aku panas
adalah yang membuat kebijakan cuma bisa
ngomong dan menyalahkan “tolong bawahan di realisasikan lagi cara
penggunaannya”, dan si pembuat tabung imut 3kg juga sama sekali hilang muka
alias dalam artian hilang malu.
Ketika satu peristiwa
terjadi untuk kesekian kalinya, maka
rencana untuk beriklan tentang sebuah realisasipun mulai di lakukan lagi dan
kampanye bahwa semua harus sesuai prosedur pemasangan ramai menghiasi sarapan
pagi dalam sebuah berita, dan ketika berita ledakan itu redup sekonyong-konyong
redup pula pemberitaan tentang iklan realisasi, begitulah cerita klise di
negeri ini yang ramai ketika ramai dan sepi ketika sepi. Aku berduka untuk
rakyat yang menjadi korban dan aku berduka akan tulinya pembuat kebijakan.
Para pembuat
kebijakan hanya bisa berbasa-basi, mereka tak pernah merasakan bagaimana rakyat
selalu khawatir ketika harus menyalakan si imut 3kg, makanya bagaimana akan sensitif
terhadap keluhan rakyat kalau yang terjadi adalah bahwa para penguasa tak
pernah belajar untuk mersakan was-wasnya menyalakan api dari si imut 3kg.
Hehehee…