SERING DIBACA

Archive for 2014

Noda Demokrasi dan Harapan

By : kontributor

Indonesia adalah negara majemuk yang memiliki jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia dengan beragam suku dan latar belakang agama. Indonesia adalah penganut jalan kehidupan demokrasi pasca era reformasi.


Indonesia bukanlah negara yang pertama kali menganut sistem demokrasi. Sebelumnya, negara-negara di berbagai kawasan benua seperti Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia telah lebih dulu menggunakan azas demokrasi sebagai hal yang mutlak dan absolut untuk menetapkan serta menampilkan sebuah identitas baru.


Demokrasi adalah penjernih keadaan dari hal yang buntu menjadi berujung. Ia menjadi pengantar hati nurani rakyat yang tersampaikan melalui beragam cara, baik pendapat maupun gagasan. Sugesti yang ditawarkan cukup mempresentasikan keadaan jiwa dari setiap manusia yang sesungguhnya. Ia ibarat oase di padang pasir yang membuat decak kagum bagi mata di antara para penentang anti-demokrasi.


Ketika rezim berkuasa dengan otoritarian, demokrasi muncul sebagai jawaban menuju kebebasan. Rezim tidak akan tenang sebelum api Demokrasi berhenti berkobar karena rezim yang absolutis adalah penganut hukum tunggal yang ingin mengatur segala aspek kehidupan individu. Dari hal yang irasional sampai hal yang rasional, seorang rezim menggunakan nalar berfikir yang diiringi sifat ambisius tanpa menjadikan pengantar isi hati nurani sebagai tumpuan untuk bersandar dalam keadilan. Mengesampingkan segala perasaan dan mengedepankan nafsunya.


Indonesia ibarat sebuah anak kecil dari pasca kelahirannya tahun 1999 menuju dunia berkehidupan yang menganut sistem Demokrasi sebagai “Ibu” dari kepatutan untuk membuat segala bentuk keputusan yang menyangkut kenegaraan. Rakyat diberi kebebasan untuk memilih langsung dari tingkatan Yudikatif, Eksekutif, dan Legislatif. Bahkan, rakyat Indonesia diberi kepatutan untuk memilih para senator (Dewan Perwakilan) yang diinginkannya. Dari tingkatan desa sampai setingkat Gubernur, semua telah terlaksana dengan adanya pilihan langsung dari rakyat.


Namun, dibalik itu semua, bukan tidak mungkin ternyata banyak yang berlomba untuk memperebutkan segala bentuk kursi kekuasaan hanya untuk merasakan panas dinginnya duduk di atas kursi dengan hanya ber-Retorika di depan umum, atau hanya ingin merasakan kewibawaan dan Sakralan dari kursi kekuasaan yang telah dimilikinya hanya untuk sebuah harga diri dan pencitraan saja.


Hari ini atau hari kedepan, jika kita menerawang, rasanya sangat sukar untuk melihat adanya pemimpin yang mengambil atau ikut berlomba untuk berkuasa dengan menjadikan kursi kekuasaan sebagai amanah mengambil kesempatan untuk merubah dari keadaan yang tidak berpihak menjadi berpihak, untuk merubah pola mindset dari yang dilayani menjadi melayani, dan menjadikan kekuasaan yang ada di tangannya untuk sebuah kemaslahatan bagi semua orang. Tentunya, mendedikasikan diri di atas kekuasaan yang mendahulukan kepentingan rakyat yang telah memilihnya, bukan dengan mengekang atau bahkan menghilangkan azas demokrasi yang telah memilihnya untuk menjadi penguasa.

Tag : ,

KEDELAI DAN KELEDAI

By : kontributor
Miris sekali rasanya di negeri yang begitu subur dengan keanekaragaman hasil pangan, lagi-lagi Indonesia harus malu menjadi negara penerima impor kedelai dari negara sekelas Amerika. Ini menjadi ironi di tengah kehidupan rakyat Indonesia yang terkenal sebagai negeri pangan dunia karena program dan keadaan alam yang mendukung, sebagai negeri panggilan penghasil pertanian Asia terbesar.

Dekade era Orde Baru Indonesia dijuluki sebagai negara Macan Asia yang lebih mengarah kepada kebutuhan sandang pangan. Indonesia mampu menjadi swasembada beras, yang meningkatkan harkat dan martabat bangsa ini menuju puncak kejayaan. Namun, pernahkah kita mengalami kekurangan stok pangan sebanyak saat masa Orde Baru berkuasa?

Indonesia yang kaya akan slogan sebagai negara subur kini menjadi negara ironi di antara yang tak pasti. Ironi sebagai negara makmur yang sering dielu-elukan sebagai negara kaya hasil bumi, namun hasilnya tidak pasti. Kita mengimpor kedelai dari negara superpower seperti Amerika, yang lebih dikenal sebagai negara imperialist dan multiras dalam hal budaya serta negara ekonomi paling maju dalam hal keuangan modern. Namun, semua itu berbalik. Amerika menjadi negara penghasil kedelai yang lebih terkenal daripada kedelai, yang seharusnya merupakan hasil bumi di wilayah tropis seperti Indonesia.

Hanya manusia-manusia bodoh yang mempunyai lahan pertanian yang begitu kaya dan terkenal sebagai negeri sandang pangan, namun tak mampu menjadikan kesempatan dan kebanggaan yang dimiliki untuk benar-benar dibuktikan bahwa apa yang dimiliki cukup untuk menjamin kata tentang ketersediaan dan kesejahteraan bagi pemiliknya dan rakyatnya. Ini menjadi fakta ironi antara kita dan Amerika. Amerika sebagai negara yang terkenal ke arah yang berlawanan, namun ternyata kita (Indonesia) yang terkenal sebagai negara petani, ternyata mengimpor kedelai dari Amerika.

Ketika sebuah negara imperialist seperti Amerika mengalami musim panas, kita menjadi gusar, cemas, dan gelisah karena kita mengandalkan pasokan kedelai dari negara yang bertolak belakang. Kita khawatir ketika pasokan Tempe tersendat karena Amerika sibuk dengan politik perangnya. Apakah kita akan terus mengharapkan pasokan dari Amerika selain persenjataan dan ekonomi?

*Berharap pada Kedelai*
Semoga esok kelak negeri ini tidak sampai parah mengharapkan pasokan yang sudah menjadi hasil dari kedelai tersebut seperti Tempe, Oncom, dan Tahu yang menjadi ciri khas dan urat nadi terakhir masyarakat Indonesia. Semoga pula Kementerian Pertanian, Perdagangan, UKM, dan Bulog serta lembaga lainnya menjadi jembatan bagi petani Indonesia untuk berkembang menjadi lebih baik. Kita berharap pemerintah dapat memberi bantuan kepada para petani kita di masa paceklik kedelai ini agar bisa tetap bertahan. Semoga pula Kementerian dan lembaga tersebut menjadi pembantu ikhlas bagi petani kedelai dan produsen Tempe agar tetap bertahan dalam segala keadaan, terutama di saat kita kekurangan jumlah produksi kedelai sebagai bahan dasar Tempe dan produk sejenis lainnya.

Pemerintah dan birokrasi juga berperan penting dalam nasib para petani. Selain cukong dan tengkulak yang sewenang-wenang menaik-turunkan harga dan memonopoli harga tanpa memperhatikan kebutuhan petani, ada juga pemilik pabrik kecap dan hasil olahan lainnya di luar Tempe. Mereka lebih berorientasi mencari keuntungan dengan memanfaatkan hasil bumi sejenis kedelai untuk hasil olahan sekunder. Bagi kalangan petani dan rakyat kecil lainnya, para cukong, tengkulak, dan antek keuntungan lebih nyaman bertransaksi dengan mereka pemilik pabrik kecap dan hasil olahan lainnya di luar Tempe. Mereka lebih mengkompromikan kelas menengah sebagai penikmat hasil pabrikan, bukan memprioritaskan rakyat penikmat pabrikan kecil seperti Tempe yang menjadi kebutuhan primer bagi rakyat kecil.

Hanya manusia bodoh yang mempermainkan harga kedelai dan mengandalkan kedelai dari Amerika yang bertolak belakang dengan slogannya sebagai negara imperialist. Mari kita berharap agar Indonesia dapat mengakhiri ketergantungan pada impor kedelai dan dapat menjadi negara yang sesungguhnya swasembada.
Tag : ,

ANTARA DILEMA DAN HUJATAN

By : kontributor
Ketika sebagian orang berkoar tentang HAM dan eksploitasi anak, mari sejenak kita merenungi bahwa tidak semua orang hidup di atas kemurahan rejeki dari Tuhan dan tidak semua orang hidup dalam bergelimpangan harta atau paling tidak hidup dengan sebuah keadaan yang cukup berada, hari ini aku melihat sebuah cerita yang tayang ditelevisi swasta, aku inisialkan TV tersebut adalah “TT”, pada tayangan yang tayang hari Senin tanggal 27 Februari 2012 jam 17:30, dan dalam tayangan yang berlokasi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat, seorang anak bernama “Andri yang harus bergelut dengan dunia yang tak sepantasnya bagi seorang anak di bawah usia 20 tahun, katakanlah usia anak itu masih 10 tahun, bagaimana dia haru bekerja menghidupi seorang ibu dan adiknya, dengan bekerja sebagai tukang memasak dan sekaligus sebagai pembantu kepada seorang juragan ikan, seorang anak yang memang sangat jarang bagi seusianya untuk bekerja, memang masih banyak andri-andri yang lain yang bahkan usia nya lebih muda, bahkan pada sebuah acara berita di statisun tv swasta lainya yang aku lihat, di sulawesi seorang anak perempuan yang usianya di bawah 10 tahun harus hidup berdua dengan ibunya yang sakit-sakitan, miris dan terharu rasanya seorang anak perempuan harus hidup dalam kepayahan dimana sang ibu sakit dan dia tanpa henti melayani ibunya yang kesakitan, sang anak perempuan itu memasakan dan memandikan bahkan menyuapi lebih dari itu dia mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari, bahkan terkadang berharap belas kasian dari para tetangganya, untunglah jiwa sosial dari sebagian masyarakat yang berada persis dekat rumah seorang gadis kecil tersebut masih terpelihara, sungguh ironi rasanya di tengah ramainya perbincangan nasional dan internasional tentang pelarangan pekerja anak dan ekspolitasi anak.

Kembali ke bahasan seorang anak, seorang anak prempuan dari sulawesi ini tidak tahu bahwa usianya adalah usia bermain dan belajar, yang dia tahu adalah bagaimana sang ibu tersayang bisa tetap hidup dan berharap adannya kesembuhan walau pada kenyataanya untuk membawa ibunya kerumah sakitpun tidak ada karena bagi seorang anak kecil perempuan dari sulawesi itu dengan polosnya berfikir adalah yang terpenting bagaimana hari ini ibunya bisa makan dan bisa tidur nyenyak dan tetap tersenyum padanya.

Namun hari ini penulis  ingin menggambarkan kembali bagaimana seorang anak yang mungkin ada di antara kita harus berkerja demi menghidupi atau bahkan demi membantu orang tuanya, bahkan dengan kerelaan hati tanpa permintaan dari orang tua, seorang anak yang lahir dari keluarga yang serba kekurangan harus bergelut dengan dunia yang cukup ekstrim bagiku, dimana usia yang seharusnya dinikmati dengan masa sebagai anak-anak harus terlwati dengan hiruk pikuknya kesibukan berkerja dengan orang-orang dewasa. Hal ini jelas sangat bertentangan sekali dengan pemaHAMan sebagain orang, yang mengkapnyekan stop eksploitasi anak dan stop pekerja anak, bahkan di belahan dunia manapun dan di kota manapun yang menghendaki dan bahkan melarang adanya pekerja anak di bawah usia yang semestinya,

Iya memang benar, bahwa seorang anak di bawah usia pekerja sangatlah bertentangan dengan nilai HAM dan kebebasan seorang anak itu sendiri, dimana seorang anak juga punya hak untuk bisa merasakan kebebasannya sebagai anak dan menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar serta merasakan bangku sekola layaknya anak-anak yang lain, stop pekerja anak dan stop ekspoitasi anak yang sedang di germborkan dan menjadi jargon dalam beberapa media kampanye dengan tema tindak kekersan anak, tentu hal-hal tersbut sebagai penulis sebenarnya sangat setuju sekali bahwa dimanapun dan darimanapun seorang anak, bagi penulis adalah masa indah yang tentu bukan suatu keharusan namun memang sudah menjadi sebuah kewajaran bahwa seorang anak punya hak untuk mersakan dan menikmati masa indahnya, namun kembali lagi bahwa tidak semua manusia di dunia ini seberuntung dan sebahagia bagi orang yang tidak pernah mersakan hidup dalam kesulitan tentu hal di atas dimana cerita anak harus bekrja tanpa di minta atau bahkan orang tua melarang anak bekreja namun sang anak bergeming untuk tetap bekerja demi keluarganya, tidak bisa di terima dan tidak masuk akal, pertanyaanya apakah jika sebuah kelaurga kecil ada di tengah-tengah kita umpama ada seorang sebuah keluarga dimna hanya ada seorang anak dan seornag ibu yang sakit, apakah setiap waktu kepeduliaan dari kita-kita akan ada, kalaupun ada tentu hal ini tidak sambung-menyambung karena jiwa sosial dalam masyarakat sudah mulai rapuh.

Dan adanya cerita kepedulian sesorang pada keadaan tertentu, tidak bisa di ukur apalagi keadaan tersebut berada dalam kultur sosial masyarakat yang cenderung hidup dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat acuh dan saling sibuk dengan urusaan masing, alasan lainya adalah jikalaupun ada kepeduliaan di tengah-tengah masyarakat tentu keadaan sebuah keluarga kecil dan cerita anak menghidupi orang tuanya sangat jarang tersiar dan terkadang jarak antar kehidup masyarakat yang berjauhan satu dengan yang lainnya, serta cara bersosialisasi minim antar masyarakat, sesuatu yang sulit untuk bisa di gambarkan sepenuhnya dan selengkapnya dalam tulisan ini karena kenyatanya sering di antara kita melihat berita dan cerita seorang anak hidup dalam keadaan dilema dan hidup dalam dunia kelam dimana ia harus berjuang di usia yang tidak semestinya dan berjuang demi sebuah kehidupan sambung menyambung untuk tetap hidup dan bertahan hidup di tengah-tengah ketidak pastian.


Dilema ini seperti sebuah cerita yang terkadang bagi sebagian orang sulit untuk diterima, karena pada kenyataanya yang mereka tahu (bagi orang-orang yang tak pernah merasakan hidup dalam kekurangan) sulit untuk di terima dan hal tersebut terkesan ironi, disisi lain ada seorang anak yang bekerja demi membantu orang tua karena alasan ekonomi dan sisi lain  adapula di sebagian masyarakat, bahwa seorang anak bekerja atas dasar eksploitasi demi keuntungan terntentu, kedua-duanya memang sungguh tidak bisa di terima, namun kita cukup sulit untuk mengatakan adanya ekploitasi bagi seorang anak yang berkerja dengan kerelaan hati dengan niat ingin membantu, namun cukup mudah dan jelas untuk mengatakan salah besar untuk alasan kedua dimana anak di ekploitasi demi keuntungan tertentu, walau pada dasarya kedua-duanya tetaplah pada porsi yang memang benar-benar tidak di benarkan, namun begitulah kenyataanya dimana semua itu bersumber yang tak jauh dari alasan ekonomi, sesuatu yang sulit untuk menghindari hal seperti itu jika kita mampu mengatakan untuk hal sederhana ini, maka jawaban dari segalanya adalah perlu adanya kesejahteraan kepada masyarakat harus di tingkatkan dan pemerataan ekonomi terhadap rakyat kecil harus benar-benar di bangun, baik secara makro/mikro, selaian itu jiwa sosialisme pada masyarakat juga harus di galakan agar rasa kepeduliaan itu tetap ada dan berkembang, dilema di atas hujatan yang memang tak jauh dari alasan ekonomi, maka beruntunglah bagi mereka yang tak pernah merasakan hidup seperti andri-andri lainya dan gadis kecil dari sulawesi, satu hal tentunya janganlah terlalu mendiskreditkan sebuah keluarga yang dimna kekurangan dalam ekonomi sebagai alasan menjadi penyebabnya, walaupun semua itu di atas ketidak benaran karena pengabaian akan hak seorang anak, semua perlu solusi yang baik dan tidak saling menyalahkan atau menyudutkan, solusi yang tepat dan cepat dari pemerintah sebagai pengayom dan pelayan masyarkat adalah yang di harapkan selain itu toleransi sikap peduli sesama antar masyarakat mutlak di perlukan, harapan lainnya pemerintah lebih peduli akan hal kecil seperti ini agar tidak terkesan menjadi sebuah isu yang besar ketika media ramai-ramai menggunjingkan tindak kekerasan terhadap anak-anak. Semoga!!
Tag : ,

REVOLUSI PERBAB

By : kontributor
Ada sekian ribu malah lebih dari sejuta orang bersama membangun sebuah peradaban yang megah kokoh dan tak terhancurkan, peradaban yang di bangun ini adalah sebuah peradaban modern dan moderat ia terdiri dari alur dan cerita yang di landasi pemikiran dan bahkan hayalan tentang sesuatu keinginan dari masing-masing individu manusia yang mampu menuangkanya dalam lembaran kata dan kalimat, jika kau tahu apa dari maksud semua ini adalah, sebuah peradaban baru yang lahir dari bibir manusia yang membuncah dari segala inisiatifisasi pribadi dan impian dari sebuah pemikiran yang tak terlaksana, atau bahkan terlaksana dengan setengah hati namun masih ada keinginan yang besar yang hanya bisa di jalankan dari sebuah cara pandang yang radikal namun tetap elegan.

Setiap kali pemikiran akan adanya kejenuhan oleh rasa terkekang karena peraturan yang datang dari pemimpin yang tak berpihak kepada rakyat itu datang, pemikiran sang penulis yang mencari keadilan selalu akan menggoda tangan untuk menari-menari di atas putihnya kertas yang akan tergoresi tinta-tinta pengharapan akan hancurnya sebuah keadaan terkungkung.

Tebal atau tidak, lembaran buku-buku teriakan dari hati dan pemikiran jernih ini laksana pisau yang tajam melebihi tajamnya pedang, buku merupakan tempat berlindung dan tempat mengungkapkan kegelisahan hati seorang penyamun ilham kebebasan dan tempat curahan akan kegundahan hatinya seorang pionir dan aktifis penulis.

Jika keadaan di sebuah tempat/negara tidak ada ruang untuk berpendapat dan menggagaskan sebuah ide pembaharuan, maka buku adalah jawaban sesungguhnya. Dan bila isi, adalah sebuah kebenaran tentang kebejadan dan  kedengkian sang pemimpin, bukan tidak mungkin “pemberedelan” adalah jawaban milik sang pemimpin dan “kemenangan berpendapat” adalah jawaban dari sang pencari keadilan.

Dari Buku Semua Tertawa!!!
Sang pemimpin yang bangga atas keberhasilannya membukam pendapat yang tertuang dalam buku-buku tersebut, yang berisi tentang ancaman merasa telah hilang, walaupun sedikit kecut ia merasakan kekhawatiran di hati kecilnya karena sebagian orang telah membuka dan membacanya, sementara seorang penulis yang mengharapkan keadilan merasa lebih tertawa walaupun hanya sebagian orang saja yang membacanya, paling tidak ada rasa kepuasan karena secercah harapan akan perubahan yang diinginkan telah tergambar dari orang-orang yang membacanya, dan sang pencari keadilan lewat tulisan tetap berharap kepada para pembacanya tersadarkan akan keadaan yang tidak berpihak ini. Karena sang penulis selalu mengharapkan eskalasi dari buku yang telah tercipta dari tarian tangan dan pemikiranya. Karena sekali saja orang membaca satu bait sebuah pemikiran tentang keadaan fakta sebenarnya, maka satu kalimat itu adalah penggugah hati untuk berfikir ulang tentang sebuah keadaan.

Dari Buku Hilanglah Kekuasaan
Jika dalam satu masa, sang penguasa adalah penghianat bagi rakyatnya maka perlawanan adalah jawabanya, tapi bila mana dalam satu masa perlawanan terkungkung oleh tindakan militeris yang dapat melukai  setiap fisik maka pemikiran yang tertuang dalam buku adalah ruang penyampai dan jawaban yang utuh,

Penguasa yang lalim dan haus kekuasaan abadi, akan menggunakan segala cara untuk menghentikan semua bentuk kritikan terhadap dirinya. Dan rakyat di posisikan sebagai objek tertentu yang bisa di atur dengan telunjuknya, dan semua penguasa yang otoriter selalu membuat sebuah alibi yang memposisikan dirinya sebagai civil society, dan sebagai pemimpin dari sebuah kedamaian, padahal di balik semua itu, ada nafsu keinginan untuk menundukan berbagai macam penghianatan terhadap dirinya agar kelanggengan titahnya sebagai penguasa tetap terpelihara dan terjaga.

Mereka pemimpin yang haus kekuasaan menggunakan sebuah peledoi akan kemunafikan dan kelicikannya dan menggunakan berbagai macam cara untuk membagun pengaruh sentimenisme masyarakat dan mengintimidasi, bahkan  memutarbalikan fakta sebenarnya seolah ”penganut impian keadilan terhadap rakyat atau para penulis pencari keadilan”, dan mereka penganut keadilan terhadap rakyat adalah seorang yang isi hatinya menangis dan mencurahkannya dalam sebuah buku tentang ceritanya akan keadaan tidak berpihak ini. Untuk di anggap sebagai musuh yang nyata.

Kursi kekuasan memang mahal dan perlu pengorbanan, selain nafsu yang teramat kuat dari pemimpin yang haus akan kelanggengangannya sebagai raja, mendorongnya mengesampingkan isi hati nurani dan membuat sebuah opini negatif yang di tunjukan kepada para aktifis penulis yang mendedikasikan dirinya pembela rakyat di posisikan sebagai pembangkang dan perusak ketentraman, dan lagi-lagi masyarakat yang takut, di intervensi untuk ikut andil berifikir bersama-sama melawan segala bentuk pemberontakan lewat apapun termasuk kritikan lewat buku.

Ketika tiba masa kehancuran itu, dan ketika para pemimpin licik itu berfoya dengan kemenangannya, sesungguhnya tercipta gerakan bawah tanah dari orang-orang yang terpengaruh dan tergugah hatinya karena pesan dari buku yang di berangus menjadi fase awal terjadinya pembangkangan yang lebih besar. Buku yang berisi perlawanan terhadap suatu keadaan yang tidak berpihak menjadi sebuah pedoman dan pembangkit semangat untuk menghacurkan bersama-sama terhadap konstitusi yang di salah artikan dan di salah gunakan, dengan begitu sesungguhnya keadaan akan perlawanan semakin terang benderang karena buku adalah pembuka pikiran. Dan bentuk perjuangan lembut dengan tidak menjadikan fisik sebagai garda terdepan. Buku selalu menjadi awal bangkitnya rasa nasionalisme dan awal dari perjuangan penggugah untuk menghacurkan segala bentuk kekuasan yang menindas dan tak berpihak. Tetapi buku juga sering di salah artikan ketika sang penulis bukanlah seorang petarung yang melawan ketikdak adilan melainkan seorang pengecut, yang bersembunyi di balik satu frase kalimat hanya untuk menciptakan sebuah kekeliruan dari keadaan yang sudah menajdi hal yang wajar menciptakan keadaan yang tak wajar.


Buku adalah tempat dimana setiap orang dapat menuangkan sebuah pemikiran dari yang hegemonis sampai majemuk, dari yang absoluties sampai yang demokratis, dari hal yang bersifat kelembutan sampai hal yang bersifat radikal semua dapat tertuang dan terangkai, dan isi dari setiap gagasan yang tertulis di buku senantiasa tersimpan dan abadi melekat sepanjang abad.
Tag : ,

MENGHALAU BADAI

By : kontributor
Waktu terus memanggilku
mengoyak lidah liar menyapamu
meruang coba singgah di pelataran rumahmu
dan ku jatuhkan benih ikrar pengharapanku

Sudikah pintu hatimu ku buka

untuk aku tata berhiaskan kata cinta
sembari melempar badan gairah yang tanpak nyata
dan menghalau api kebimbanganmu yang ada

Menghitung waktu dikening jawahmu

seperti telah ku rasakan engkau begitu ragu
coba ku usir asa gelisah disetiap sudut pandangamu
agar kau tahu bahwa aku tak "begitu" 
Tag : ,

TAKDIR BERPISAH

By : kontributor
Di kesepian malam
aku terlelap dalam buaian mimpi 
seperti telah aku dengar engkau telah meninggalkanku
yang masih jauh dalam perjalanan roda waktu

Aku datangi engkau telah tertidur kaku
dan ku pijakan kaki di tanah 
yang menjadi tempat terkahir kalinya 
engkau merebahkan tubuhmu

Lebih dari 5 Jam berlalu
Aku buka kain kapan yang menutupi wajahmu
dan aku peluk erat tubuhmu 
dengan tinggalkan kecupan indah 
yang terakhir di keningmu waktu itu
seperti secuil takdir waktu 
yang tersisa untuk bertemu denganmu

Sekarang 5 Jam kedepan
Sepatah kata ada yang telah memanggilku 
dengan langkah berat ku coba naik di atas parit tanahmu
coba tengadah kelangir biru 
akankah aku berjumpa denganmu kelak di sana
di surganya yang Esa 


Kini 
Aku pasarahkan ketika ragamu 
telah tertimbun tanah di akhir waktu
sementara air mataku tak hentinya 
terisak-isak menangisi kepergianmu
aku jatuh terkulai, dekat batu nisanmu yang membisu 
dan mensesali apa yang tak pernah ku perbuat untukmu

Coba ku peluk gundukan tanah
yang seperti bukit itu
lalu tersirat ingin rasanya aku menyusulmu 
bertemu denganmu kembali 
menggemgam jari-jemari halusnya tanganmu
agar tak lepas dari jangkauan mataku
sambil ku bisikan kata syahdu layaknya lagu 
bahwa "aku rindu dekat denganmu"




Tag : ,

AKU RELA

By : kontributor
Jiwaku terurai merajut asa 
di penantian yang kelam nan lampau 
daki-daki telah terkelupas dari pemukaan kulitku 
mengharap engkau tuk singgah dan menemaniku 

Diam-diam air mataku menetes 

bagai embun yang menyinari rerumputan
ilalang yang kering meliuk-liuk 
seolah menyambut haru atas perginya dirimu dari hidupku 

Usah kau bimbang melihat diriku terpampang 

dikabut badai hitammu 
pergilah dengan hatimu yang diiringi ketulusan 
biarlah diri ini merana da mati sia-sia 
karena mengharap satu hal cerita cinta menjadi nyata
Tag : ,

TAKJUB

By : kontributor
Seperti kemilau rona wajahmu
yang membawa seribu biduk asa perumpamaan
didalam pengejaan kata aku ungkapkan
dan didalam benak yang aku pikirkan
bagiku tetaplah kamu yang berbeda
karena disetiap pandangan ada sejuta untaian kalimat
yang menjadi hiasan

Setelah sekian sejarah yang pernah aku singgahi
akhirnya dirimu menjadi penguasa alam mimpiku
hingga pada detik inipun kamu masih membelakangi pandanganku
hingga aku tak dapat menerjemahkan langkah kaki ini
kemana aku akan menyusuri

Atas nama takdir sepertinya kamu telah menjadi istimewa
hingga Tuhan meniadakan manusia selain dirimu
untuk hadir di dunia menemaniku
aku tak dapat menebak sepenuhnya siapa dirimu
tapi bagiku, cukuplah kamu yang memberi rasa
dari setiap pandangan mata menjadi cerita bahagia
Tag : ,

TABU

By : kontributor
Hai sejoli
yang memupuk hati
dimana kasih di agungkan
dimana jiwa saling sanjung

Kalian memang sedang memadu
merangkai tali-temali merajut hidup
yang suci di bawah sumpah kaliah memapah

Wahai sejoli
ukirkan nama kalian di antara hiasan permata harapan
untuk mengiringi kisah yang memang akan kalian dapatkan
ambil dan pahatkan karna mungkin kalian tak akan lama untuk
dapat kesempatan

Hidup hanya untaian waktu
yang akan berakhir tanpa kalian tahu
bermesraanlah selagi lakian bisa karna cinta
datang tanpa di duga
nikmati masa ini tapi jangankan alpakan dosa
karena disana neraka setia menanti
untuk menunggu setiap waktu




Tag : ,

HUKUM RIMBA

By : kontributor


HUKUM RIMBA
Api menyala, Tandakan masa era
membawa pesan tentang mereka yang menjadi abdi
pada negeri yang penuh sampah manusia celaka

Mari bercerita tentang jeda
Hukum Rimba

Sebutir peluru berdesing
menjadi penanda bagi mereka yang berkuasa
agar sang jelata tahu
ini era, eranya rimba

Di bawah kaki para penjilat tahta
di antara tahta ada wanita

dan sang durjana ada di antara ke dua-duanya
Tag : ,

AKU

By : kontributor
Aku bukan manusia yang istimewa
dalam bacaanmu, pandangan dan obrolanmu

Aku hanya manusia yang sedang atau tidak sedang kau cari
keadaan dan kehidupanku tak jauh dari sesederhananya kehidupan ini

Aku percaya
Hidup akan senantiasa berjalan mengikuti alur waktu yang cepat berlalu

Dan ke istimewaanku ada pada pendapatku
dimana aku menbginginkan ssesuatu yang tak jauh dari manusia lainya

Menjadi manusia terbaik dabik
sepanjang hidupku dan orang-orang disekitarku


Tag : ,

RUANG DILEMA

By : kontributor


RUANG DILEMA
Hati yang terkikis luka
menuntun mata mematahkan asa

Engkau yang lantang padai berdusta
membuat kaku lidah jadi tak bernyawa
oleh derai air mata dusta yang menjadi tabir kepalsuan
di antara sekian kepecayaan yang telah di persembahkan
hinakan aku dalam kepahitan hidup
hingga ku tak bisa lagi melihat
antara mana yang lurus dan buntu
karena begitu banyak tipu yang bertumpu …

Setelah di sadari
Jalan yang kupilih
penuh tumpukan cerita yang menyesakan

sampai akupun menitipkan masa
padanya raja dunia
yang tak bertepi hingga saat ini
padanya ku berkata sampai kapan …
kan tehenti

Tuhan takdir ketetapanmu
yang tak kunanti
telah sampai
hingga hari ini

Tag : ,

SUARA SURAM

By : kontributor
Suara
mata-mata merah silih berganti mengharap 
dan diharap mereka terpilih
apa yang menjadi ambisi 
oleh mereka para pengabdi kuasa dan ironi

Suara
pada satu kursi tanpa arti
pada satu visi-misi yang cukup basi
pada satu kertas berharap mereka duduk menjadi tuan
di negeri mereka mencari keuntungan
hingga pengorbanan dibayar dengan satu kesempatan
merongrong kekuasaan yang menjadi sandaran
untuk berlindung mencari keselamatan
yang lupa akan teriakan dan jeritan
akan aspirasi dari kita yang menitipkan

Suara
pada masa tiba mereka di ketahui
terkontaminasi penyakit korupsi
yang menggila, hingga dunia bisa membaca
bahwa ada yang alpa pada tanggung jawabnya

Suara
pada partai mereka terbelit
antara kepentingan dan perjuangan
untuk memilah pada satu pilihan
mana krooni, mana pribadi
mana hak yang halal dan hakiki
hingga suram melihat yang haram

Suara
namun diantara mereka lebih besar pada kesesatan duniawi
hingga mereka ingkar pada amanah yang dibawanya,
karena uang yang menjadi pemicunya
maka tibalah kita merasakan apa yang menjadi kedustaan
atas apa yang pernah diucapkan
bahwa mereka terpilih
karena pesannya
untuk mengabdi dan berbakti
pada rakyat dan ilahi rabbi
bukan pada nafsu untuk memperkaya diri
bukan pada dirinya pula kita mengantarkan ilusi

bukan pula pada mereka yang payah membawa diri ...
Tag : ,

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -