- Back to Home »
- Pemikiran »
- RETORIKA KAMPANYE
Posted by : kontributor
Kamis, 07 Januari 2016
KRITIK DAN FITNAH
adalah notasi kata
yang berbeda, smua ada notasi dan konotasi kearah mana setiap kalimat itu di
arahkan. Kritik adalah sesuatu yang bersifat fakta yang berdasarkan pada
keinginan untuk membangun sesuatu yang konstruktif dan bukan kontraproduktif,
sementara fitnah adalah sesuatu yang penuh kebohongan tanpa fakta, fitnah
berisi retorika tanpa arti tanpa bukti dan tanpa isi.
Kalimat-kalimat
Tendesius yang menohok bukan berarti pula suatu rasa keberpihakan, bukan pula
sesuatu kerikil yang mesti dipersoalkan, tapi kenyataanya suatu kebenaran akan
rekam jejak pelu suatu klarifikasi agar masyarakat tahu “track record” dari setiap calon pemimpin, layak atau tidak smua di
kembalikan kepada masyarakat, benar atau tidak suatu penilaian akan
dikembalikan kepada masyarakat baik kepada si pengkritik dan yang dikritik.
Inipula rangsangan argumen
politik yang sudah mulai-mulai terasa diantara para netters, mau tidak mau,
suka tidak suka rangsanngan setiap informasi akan membawa kita pada akhirnya
ikut terlibat menjadi pemantau yang tanpa di sadari pada situasi apapun sesuai
momen yang terjadi.
Semua ucapan keritik
mengandung resiko, siap tidak siap, asal berdasarkan fakta kita tidak boleh
mundur atau cenderung urung untuk vokal menyampaikan suatu gagasan dan
himbauan, semua sudah ada jaminan dan lindungan, asal bukan fitnah yang
disampaikan semua syah untuk disampaikan. Soal sanksi moral itu bagian dari
suatu proses yang harus di terima dan sudah pasti seseorang yang mengkritisi
sudah tentu memikirkanya.
Kita tidak hidup
dalam kungkungan sejarah di masa kelam, di mana kebebasan berbicara bergitu di
batasi, sekalipun bersifat membangun pada akhirnya akan di anggap suatu
pengkhianatan dan pemberontakan. Kita tidak bisa diam begitu saja ketika ada
sesuatu yang kurang maka sewajarnya kita berbagi agar kita sama-sama tahu, dan
mencari tahu, dan jika suatu Keritik berdasakan bukti maka selayaknya di
apresiasi bukan untuk di batasi dan kemudian di ingkari atau malah di cemooh.
Bagaimanapun seorang pengkritik atau seorang yang berambisius untuk membukakan
pemikiran masyarakat, sekalipun keritikan bersifat objektif jika di dalamnya
hanya di lihat oleh karena suatu ikatan/kemasan pada suatu penghargaan
(dukungan) di belakangnya, tanpa melihat isi subtansi yang di ingin di
sampaikan oleh si pengkritik, maka dia akan terlihat salah dan di anggap salah
oleh sebagian masyarakat.
Junjung Independensi Kritik dan berusaha Objektif walaupun kita ada di kubu A, B atau C. Semoga kita bisa lebih bijak, dan mengukur segala sesuatunya dari segala kebenaran bukan kesesatan dalam beropini.