Archive for 2016
SINGA PENGKHIANAT
By : kontributor
sebelum ambisi menjadi kaki
Aku diam membisu
dikala pengoceh hujat mencaciku
dikala pengoceh hujat mencaciku
Aku adalah aku
tiang kehidupan
tiang kehidupan
dari masa yang sedang menjadi abu
Pada akhirnya tak seorang sudikkan aku
sebelum mereka tahu siapa diriku sebenarnya
Sebelumnya aku adalah singa,
raja diraja dari sebuah koloni
yang aku khianati tanpa ada yang mengetahui
Aku diam saat waktu mulai mengganggu,
aku sembunyi dikala kawan telah menjadi lawan
dan aku akan datang dikala teriakan telah berlalu.
Aku menertawai mereka
yang masih dewakan diri ini
aku menari diantara keledai mati
aku menari diantara keledai mati
yang menjadi mangsaku
aku menggelitik asyik memandang arena alam liarku
sedang ku tahu saat ini aku sudah dapatkan yang aku mau walaupun sebagian telah kubodohi dengan seribu janji
tapi mereka tak pernah sadari sebab mereka adalah kurcaci yang terus akan bernyanyi untuk membela jiwa ini
aku menggelitik asyik memandang arena alam liarku
sedang ku tahu saat ini aku sudah dapatkan yang aku mau walaupun sebagian telah kubodohi dengan seribu janji
tapi mereka tak pernah sadari sebab mereka adalah kurcaci yang terus akan bernyanyi untuk membela jiwa ini
Biar yang bernyanyi terfitnah dengki
sedang aku memanen puja dan puji
dari diamku
dari caraku
dari mereka yang tak pernah tahu maksud dan tujuanku
sedang aku memanen puja dan puji
dari diamku
dari caraku
dari mereka yang tak pernah tahu maksud dan tujuanku
Aku tertawa hahahhahahaha
aku semakin berkuasa
aku semakin berkuasa
Aku adalah raja yang akan diam seribu bahasa
sampai kemenangan itu datang dari bisunya aku
dari hilangnya aku yang sesaat
dari dusta yang menjadi alat
sampai kemenangan itu datang dari bisunya aku
dari hilangnya aku yang sesaat
dari dusta yang menjadi alat
Dalam permainanku
Dan aku
kan kembali sebagai raja
kan kembali sebagai raja
ketika riak usir itu telah berakhir
Tag :
Ungkapan,
WESTERNISASI LEBAY
By : kontributor
Apa Itu Westernisasi
Bukan tidak mungkin
aku dan sebagian masyarakat lainya : berpendapat sama seperti dalam tulisan ini
bahwa Westernisasi adalah pengaruh atau paham yang hendak menjadi budaya baru
yang tercipta karena arus informasi atau bahkan tercipta karena sebaran atau tersebar
baik itu oleh media elektronik maupun cetak yang datangnya dari bangsa barat,
baik secara langsung atau bahkan tersamar. Dan westernisasi mempunyai pengaruh
luas dalam hal apapun, seperti yang
tercamtum di atas yaitu :
Budaya, Politik,
Hukum, Teknologi. Pendidikan bahkan Bahasa dan Agama
Kepercayaan diri yang
rendah dalam suatu bangsa atau Negara, adalah target dimana westernisasi
menjadi senjata untuk menyerang setiap kelemahan yang ada. Westernisasi mampu
merubah sesuatu yang tabu atau bahkan “masih canggung untuk di ungkap” menjadi
sesuatu hal yang biasa, pola pikir setiap individu mampu di rubah hanya dengan
berbekal sebuah perangkat media informasi. Di tengah bangsa yang manjemuk
westernisasi mampu beradaptasi dan menjelma menciptakan sesuatu seperti budaya
yang baru dan kultur baru dalam masyarakat yang terseok dan kalah saing dalam
bidang penguasaan media.
Westerniasi Indonesia
Indonesia adalah
Negara terhebat menuruku : dimana ada
berjuta suku dan karakteristik yang berbeda pula di setiap pendudukanya, dan
Indonesia adalah negara dengan perkembangan perangkat media tercepat di antara negara di kawasan Asean lainya.
Seperti Jepang yang menerima budaya westernisasi namun tetap mepertahankan
nilai2 luhur, karakterisktik dan norma serta berpegang teguh akan warisan
budayannya. Sehingga adanya isu westernisasi di jadikan sebagai proteksi dimana
negara mau tidak mau harus aktif untuk memberi kesempatan dan membantu sekuat
mungkin budaya lokal atau kekuatan asli untuk tetap membumi.
Simpang Siurnya Westernisasi
Sesuatu yang menyakut
tentang kemajuan sering di artikan pula sebagai bagian dari akibat
westernisasi, padahal sesungguhnya tidak.!!
Kemajuan tenknologi
sering pula di artikan sebagai bagian dari westernisasi padahal sesunggulnya
tidak!!!
Menurutku secara
“pribadi :
Pada dasarnya
kemajuan teknologi adalah tergantung dari kemampuan masing2 setiap bangsa atau
negara akan SDM di masyrakatnya. Pengertian yang salah akan westernisasi yang
selalu berhubungan dengan kemajuan adalah sesunggunya bohong besar. Karena
sesungguhnya suatu negara atau bahkan bangsa lainya bisa menciptakan sesuatu
yang lebih baik dan lebih maju dari bangsa barat tanpa harus meniru, dan bahkan
berhak akan pengakuan dan legitimasi suatu tentang istilah “kemajuannya” baik dari
segi teknologi budaya dan sesuatu yang mencakup gaya hidup. Bahkan sebaliknya
jika mampu menguasai peradaban dan menguasai informasi di dunia kita bisa
menggerakan paham Easteniasi terhadap budaya barat namun semua itu tergantung
dari konsistensi kita dimana kita mau bersama2 bergandengan menguasai teknologi
informasi dan sejenisnya. Tidak dapat di pungkiri karena faktor sesungguhnya,
adanya penyebaran isu westernisasi adalah media informasi.
Diantara Westernisasi Ada Easternisasi.
Masyarakat yang mengaku
dirinya berbudaya timur sejatinya harus mampu menjadi masyrakat yang mampu
memimpin dan membenamkan dirinya dalam segala aspek kekuatan dan kemajuan dan
menjadikan budaya yang ada dan yang telah di pegang teguh untuk tetap
mempertahankan ke aslianya dan menjalankan budaya aslinya dalam keseharian
serta menjadikan pula budaya atau pengaruh barat sebagai budaya kritis dan
penyeimbang bahkan pendorong dan motivasi untuk sebuah keselarasan dan memahami
bahwa di samping kita ada budaya yang berbeda tanpa semuanya harus kita ikuti.
Bukan dengan mencela dan menghujat dengan pikiran sempit. Apalagi harus dengan
isolasi dari kepungan budaya barat.
Westernisasi,
sesungguhnya bukanlah budaya “ia” (westernisasi) adalah seperti paham atau
pengaruh atau cara keinginan untuk meniru budaya tertentu yang datangnya dari
barat dan menjadikannya sebagai penguat ego di tengah perkembangan zaman akan
peradaban baru dan menjadikanya “ia” sebagai gaya atau passion baru dalam
berkehidupan dan bermasyrakat.
Kita bisa melawan westerniasi
dengan Easternisasi yaitu memulai dengan suatu gerakan dimana gerakan tersebut
adalah adanya penayadaran akan kesederhanaan hidup namun tetap dengan cara
berpandangan maju. Tanpa harus meninggalkan budaya asli kita dan darimana kita
berasal. Tidak sepenuhnya westernisasi mengandung unsur kehebatan di balik itu
semua ada tempat dan ciri cara pandang yang berbeda karena pengaruh lingkungan
dan adata istiadat. Sementara cara mereka yang kita ikuti terkadang tidak
sesuai dengan suatu keadaan dan lingkungan di sekitar kita.
Opini pribadi ini
tidak bermaksud bahwa penulis berhaluan atau bahkan tunduk terhadap sesuatu
yang berhubungan dengan bangsa barat tetapi lebih kepada apa yang ingin di
sampaikan bahwa kita yang merasa
berbudaya timur harus bisa menerimanya karena seiring perkembangan dunia,
kadang kala budaya memerlukan suatu akulturasi atau percampuran sebagai rasa
saling menghargai dan menyeimbangkan yang ada, begitupun yang terjadi di
belahan negara barat lainya mereka berlomba melawan budaya timur yang dengan
istilah dan santer saat ini di Eropa dan Amerika lainya tentang maraknya arus
imigran dan isu islamisasinya serta terkenal pula dengan merebaknya isu
Easternisasi yang di bawa oleh orang2 Asia pada umunya yang singgah dan
bermukin disana. Mereka (Bangsa barat dan Amerika) melawan dengan
Intelktualitas dan tetap dengan toleransi tinggi bukan dengan pandangan sepit
atau picik bukan dengan lebaya atau berebihan.
Satu point dimana
Westernisasi akan tercipta bila suatu
pemimpin atau bahkan individu masyarakatnya lengah dan tak mampu memfilter
budaya barat untuk di ambil mana bagian dari yang positif dan mana dari bagian
yang negative. Dan kuatnya penguasaan media oleh bangsa2 barat tanpa kontrol
atau bahkan kesadaran dari masyrakatnya kadang begitu kuat pengaruhnya. Bahasa,
gaya berpakaian dan cara berfikir dan pandangsn nyeleneh bahkan memutarbalikan
fakta serta menjadikan sesuatu yang sebenarnya “benar” menjadi sesuatu yang di
anggap “salah” dan sesuatu yang sebebarnya “salah” menjadi sesuatu yang di
anggap “benar”. Itulah pembiasan salah dan pemahaman yang salah kaprah dimana sebagian dari kita tidak memahami
subtansi arti pengaruh dan pesan yang ingin di sampaikan oleh bangsa barat.
Bangsa yang unggul
dan percaya akan kemampuan masyarakatnya mampu membedakan mana bagian dari
westernisasi dan mana dari akulturasi.
Tag :
Pemikiran,
DIKTATORIAN
By : kontributorPemimpin Diktatorian
dan Kemunafikan Terselubung dalam Perspektif Masa Kini
Oleh : salcenter.id
Lebih dari beberapa abad sejak dimulainya era manusia membangun peradaban, sejarah kepemimpinan dari berbagai latar, bangsa, dan tempat selalu menyelipkan cerita tentang para pemimpin yang pengecut dan berlindung di balik kesombongannya. Mereka menciptakan suasana yang nyaman namun membingungkan sebagian masyarakat yang dipimpinnya karena sifatnya yang cenderung bermuka dua. Dengan segala cara, tercipta sebuah sistem otoritarian yang menyentuh segala lapisan kehidupan masyarakatnya.
Pemimpin yang munafik tak lebih dari bangkai yang menganga di tengah-tengah gurun. Ia kerap menjadikan sandaran dan argumen saat keadaan terasa menyudutkannya sebagai manusia yang mempunyai kekuasaan. Pemimpin yang berfantasi dengan “Egoisme” selalu terlahir dengan mahkota sifat politikus yang selalu bermain dalam ketidakpedulian. Bila kepentingan tentang kelanggengan titahnya sebagai raja terancam oleh bayangan kehancuran, dengan sigap ia akan melakukan tindakan preventif.
Pemberangusan dan pencitraan dirinya seolah mengalir sama dan tak terpisahkan. Pemberangusan terjadi bila sebuah kabar yang tertuju padanya adalah kabar kontraproduktif, yang akan merusak kepemimpinannya dan integritas sebagai “Law of Leaders” dari masyarakatnya. Maka pemberedelan adalah pilihan terbaik untuk melindungi kekuasaan yang telah dimilikinya. Segala tindakan baik itu pendapat atau gagasan yang mengancam, menyindir, dan cenderung menyudutkan dirinya atas kebijakannya harus segera dihancurkan bahkan dihilangkan dalam pemberitaan media. Padahal, argumen yang ditentangnya adalah fakta tak terbantahkan tentang kegagalannya sebagai pemimpin dan kesalahkaprahannya yang membuat rakyatnya menangis dan meronta akibat kebijakannya yang tak pernah memihak kaum miskin.
Indonesia bukan negeri di masa dinasti kerajaan, di mana ketika titah sang raja tidak sesuai dengan kehendaknya, penjegalan akan kewenangan menjadi jawaban. Namun, negara ini adalah negara yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, di mana kebebasan berpendapat dan berekspresi menjadi sebuah menu yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus diapresiasi dan dihargai. Karena demokrasi lahir dan ada atas nama kebebasan.
Demokrasi lahir dari niat yang tulus. Ketika pemimpin lahir dari rahim demokrasi, ia harus mampu mempertanggungjawabkan integritasnya sebagai pemimpin yang lahir dari rahim pemilu yang dinakhodai atas nama demokrasi. Demokrasi selalu beriringan dengan rasa hormat dan tanggung jawab. Hormat bagi yang kalah terhadap pemenang, dan bertanggung jawab bagi pemenang untuk menjalankan amanah kekuasaan yang diberikan rakyatnya dan untuk rakyat sesuai tempat dan kapasitasnya. Dalam opini ini, jelas bahwa demokrasi bagi pemimpin yang lahir dari rahim pemilu demokratis adalah memberi seluas-luasnya kewenangan kepada masyarakat untuk berpendapat dan mengkritisi kebijakannya, bukan dengan membungkam media dan menutup diri dari berita tentang apa yang sudah menjadi cerita dalam hari-harinya. Bukan pula dengan menasbihkan dirinya sebagai pemimpin yang penuh kemunafikan, yang menyanjung demokrasi namun di lain pihak menampik apa yang sudah seharusnya.
Kadarnya demokrasi adalah memberi ruang bagi masyarakat dan pemimpinnya, di mana kebebasan seluas-luasnya adalah jawaban dari fakta integritas bagi semua lapisan yang menerapkan dan ikut andil di dalamnya.
Tag :
Pemikiran,
BENDERA 1/2 TIANG
By : kontributor
Banyak yang berasumsi
dan berpikir bahwa ini adalah ledakan terakhir karena dari tv banyak komentar
dari para penyebar boom bahwa semua akan di usahakan untuk tak terjadi lagi,
heheheee aku sich senyum-senyum saja mendengar dan melihat tayangan di tv tadi,
bagiku kejadian hari ini adalah rentetan yang akan berkelanjutan, ‘bagaimana
mungkin aku bisa sampai berpikir seperti itu kalau bukan tanpa alasan?””
heum…..
Sebenarnhya kejadian
hari ini adalah kejadian basi bagiku, semenjak berita tentang ada seorang ibu
yang mengantarkan anaknya ke istana untuk meminta pertanggung jawaban dari
pemimpin, nach lho kenapa?”” sumber dari media menyebutkan bahwa seorang ibu
kesal karena anak semata wayangnya adalah korban dari kebijakan penguasa yang
terlalu memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan dampak dan melihat sejauh mana
masyarakat kita pintar untuk bisa cepat memahami program dan penggunaan benda
yang kusebut sebagai boom itu, hah” sekali lagi kita harus berduka karena
setelah kejadian anak yang terkena ledakan tersebut di lain waktu ada lagi yang
menjadi korban, selang beberapa hari ternyata dugaanku benar” betul saja sebuah
harian Koran nasional memberitakan bahwa satu rumah dan hamper saja satu
keluarga tewas tertimpa atap rumah di beritakan para korban luka hamper
tertimpa bangunan yang roboh karena adanya ledakan dari sebuah kompor yang
katanya lebih canggih dari minyak tanah” oya”,… emang sich canggih tinggal di
putar langsung nyala selain itu ga terlalu ribeut karena cukup praktis, itu
sich katanya?” yach aku lihat juga bentuknya cukup imut dan lucu, para pembuat
kebijakn bilang beratnya katanya hanya 3kg, tapi ketika aku angkat sepertinya banyak
kurangnya, Hah! aku berfikir bahwa Penguasa sudah menjadi anggota dalam dunia
kebohongan.
Aku bisa saja
menggatungkan bendera setengah tiang bahkan setengahnya bisa lebih tinggi dari
bukan bendera setengah tiang bila yang keduakaanku adalah tentang meninggalnya
beribu rakyat korban ledakan boom si imut 3kg. dan aku lebih merasa berduka
saat kulihat rakyat yang menjadi korban dari kebijakan yang di paksakan,
daripada harus berduka pada penguasa yang meninggal dunia tetapi tak pernah
memikirkan keluhan rakyat saat dimana ia mempimpin dengan ke sombongannya
memelihara sifat acuh. Dan kejadian hari akhir-akhir ini sama persisnyha dengan
pemimpin yang sudah mati isi hatinya, bahkan berkali-kali demo dimana-mana
meminta program kebijakan konversi ini untuk di hentikan, tetapi kegelapan yang
menyelimuti para penguasa ini telah menutup atas segala fakta yang terjadi di
lapangan heum…
Yach namanya juga
anjing menggonggong kafilah berlalu kebijakan ya kebijakan korban ya korban,
buat penguasa semua bisa di atur tinggal di beritakan saja “bahwa semua sudah
untuk mengurangi subsidi” beres dech urusan, yang pentingkan tenang untuk
sementara waktu dari pada pusing menanggapi rakyat yang terus mengeluh, (kilah
peguasa)””. Duka dan tangis dimana rakyat jadi korban dan meninggal sia-sia
karena ulah konversi yang di paksakan, belum beres satu berita sudah ada lagi
berita di radio terjadi ledakan dan korban 1 orang meninggal akibat si bentuk
imut 3kg. “ya Tuhan”… sampai kapankah akan terus berulang, rasa-rasanya makin
gerah saja badan ini mendenngar berita dimana-mana tentang korban ledakan,
lebih gerah dan membuat aku panas
adalah yang membuat kebijakan cuma bisa
ngomong dan menyalahkan “tolong bawahan di realisasikan lagi cara
penggunaannya”, dan si pembuat tabung imut 3kg juga sama sekali hilang muka
alias dalam artian hilang malu.
Ketika satu peristiwa
terjadi untuk kesekian kalinya, maka
rencana untuk beriklan tentang sebuah realisasipun mulai di lakukan lagi dan
kampanye bahwa semua harus sesuai prosedur pemasangan ramai menghiasi sarapan
pagi dalam sebuah berita, dan ketika berita ledakan itu redup sekonyong-konyong
redup pula pemberitaan tentang iklan realisasi, begitulah cerita klise di
negeri ini yang ramai ketika ramai dan sepi ketika sepi. Aku berduka untuk
rakyat yang menjadi korban dan aku berduka akan tulinya pembuat kebijakan.
Para pembuat
kebijakan hanya bisa berbasa-basi, mereka tak pernah merasakan bagaimana rakyat
selalu khawatir ketika harus menyalakan si imut 3kg, makanya bagaimana akan sensitif
terhadap keluhan rakyat kalau yang terjadi adalah bahwa para penguasa tak
pernah belajar untuk mersakan was-wasnya menyalakan api dari si imut 3kg.
Hehehee…
Tag :
Pemikiran,
RETORIKA KAMPANYE
By : kontributor
KRITIK DAN FITNAH
adalah notasi kata
yang berbeda, smua ada notasi dan konotasi kearah mana setiap kalimat itu di
arahkan. Kritik adalah sesuatu yang bersifat fakta yang berdasarkan pada
keinginan untuk membangun sesuatu yang konstruktif dan bukan kontraproduktif,
sementara fitnah adalah sesuatu yang penuh kebohongan tanpa fakta, fitnah
berisi retorika tanpa arti tanpa bukti dan tanpa isi.
Kalimat-kalimat
Tendesius yang menohok bukan berarti pula suatu rasa keberpihakan, bukan pula
sesuatu kerikil yang mesti dipersoalkan, tapi kenyataanya suatu kebenaran akan
rekam jejak pelu suatu klarifikasi agar masyarakat tahu “track record” dari setiap calon pemimpin, layak atau tidak smua di
kembalikan kepada masyarakat, benar atau tidak suatu penilaian akan
dikembalikan kepada masyarakat baik kepada si pengkritik dan yang dikritik.
Inipula rangsangan argumen
politik yang sudah mulai-mulai terasa diantara para netters, mau tidak mau,
suka tidak suka rangsanngan setiap informasi akan membawa kita pada akhirnya
ikut terlibat menjadi pemantau yang tanpa di sadari pada situasi apapun sesuai
momen yang terjadi.
Semua ucapan keritik
mengandung resiko, siap tidak siap, asal berdasarkan fakta kita tidak boleh
mundur atau cenderung urung untuk vokal menyampaikan suatu gagasan dan
himbauan, semua sudah ada jaminan dan lindungan, asal bukan fitnah yang
disampaikan semua syah untuk disampaikan. Soal sanksi moral itu bagian dari
suatu proses yang harus di terima dan sudah pasti seseorang yang mengkritisi
sudah tentu memikirkanya.
Kita tidak hidup
dalam kungkungan sejarah di masa kelam, di mana kebebasan berbicara bergitu di
batasi, sekalipun bersifat membangun pada akhirnya akan di anggap suatu
pengkhianatan dan pemberontakan. Kita tidak bisa diam begitu saja ketika ada
sesuatu yang kurang maka sewajarnya kita berbagi agar kita sama-sama tahu, dan
mencari tahu, dan jika suatu Keritik berdasakan bukti maka selayaknya di
apresiasi bukan untuk di batasi dan kemudian di ingkari atau malah di cemooh.
Bagaimanapun seorang pengkritik atau seorang yang berambisius untuk membukakan
pemikiran masyarakat, sekalipun keritikan bersifat objektif jika di dalamnya
hanya di lihat oleh karena suatu ikatan/kemasan pada suatu penghargaan
(dukungan) di belakangnya, tanpa melihat isi subtansi yang di ingin di
sampaikan oleh si pengkritik, maka dia akan terlihat salah dan di anggap salah
oleh sebagian masyarakat.
Junjung Independensi Kritik dan berusaha Objektif walaupun kita ada di kubu A, B atau C. Semoga kita bisa lebih bijak, dan mengukur segala sesuatunya dari segala kebenaran bukan kesesatan dalam beropini.
Tag :
Pemikiran,
SEPERTI INI ITU
By : kontributor
Pemimpin
yang aktif di medsos seperti Kang Emil Ridwan Kamil) adalah pemimpin masa kini
dan masa depan atau pemimpin yang harusnya ada pada tahun dimana teknologi
sudah benar-benar milik semua orang.
"Responsif/tanggap
pada setiap keluhan, tidak merasa sensi/alergi dan semua di respon dengan bijak
serta di barengi dengan sifat kesabaran sebagai pemimpin dalam menjawab setiap
persoalan yang di sampaikan masyarakatnnya”.
Semoga
makin banyak pemimpin-pemimpin yang tidak sekedar pencitraan memasang baliho, spanduk besar di
jalanan tapi sensi ketika ada keritikan, terlebih Via Medsos, biasanya ketika
kritikan atau sindiran itu hadir acount-acount medsos mereka langsung nonaktif.
Semoga
langkah Kang Emil yang lebih mengutamakan Medsos dalam mendengar keluhan
masyarakat di contoh oleh calon pemimpin-pemimpin lainnya. Semoga.
Tag :
Pemikiran,