SERING DIBACA

Archive for Juli 2021

PERSPEKTIF BAHAGIA

By : kontributor


Bahagia itu tidak ada. Kalimat atau ungkapan bahagia datang dari kekurangan manusia yang tidak pernah menemukan keselarasan hidup. Orang kota berkata bahagia menjadi orang kampung, sebaliknya orang kampung akan berkata bahagianya menjadi orang kota.

 

Bahagia itu tidak ada. "Ia" ada karena dicari dan dicari-cari pembenarannya, ada dari sebuah ketiadaan atau kekosongan hidup. Sekaya apa pun dan semiskin apa pun, kalimat "bahagia" akan selalu terucap di antara manusia.

 

Penulis tidak akan mencatut rujukan berbagai sumber ahli untuk mengurai apa makna bahagia dalam berbagai perspektif. Ini murni dasar dari sebuah pikiran pribadi untuk menyampaikan apa itu bahagia. Tulisan sengaja dibuat untuk mencapai kemurnian pikiran, sedalam apa penulis menggambarkan tentang bahagia. Walaupun ditulis pendek dan dengan bahasa sederhana, kesimpulan penggambaran ini untuk menangkap daya berpikir penulis saat menuliskan ini, sejauh mana pikiran-pikiran ini mampu mempersepsikan apa itu bahagia dan makna bahagia, sejauh mana pikiran apa adanya ini mampu menjangkaunya.

 

Dalam persoalan kemampuan, yang pintar akan semakin merasa tidak bahagia karena banyak yang diketahuinya, dan pada akhirnya dia akan berpikir untuk tidak tahu. Sementara yang awam pun demikian, mereka berpikir menjadi pintar karena dalam mindset-nya beranggapan lebih banyak tahu akan semakin mempermudah dan membawa kebahagiaan.

 

Titik temu adanya "bahagia" adalah tahu tentang munculnya "bahagia" itu sendiri, dari mana datangnya pikiran-pikiran tersebut. Kenapa kalimat itu harus tertulis dalam bingkai jurnal harian dan bingkai maya seperti dalam status-status online? Tulisan dibuat sebagai sesi jeda waktu penulis ketika hari ini menjumpai ada yang beranggapan tentang kalimat dan ungkapan kebahagiaan. Penulis lanjutkan dengan mencari kenapa harus muncul dalam benak kita, apa dan kenapa harus ada bahagia?

 

Penulis berpendapat, manusia tidak akan pernah menemukan tempat dan waktu yang pas untuk mengukur atau menakar suatu kebahagiaan karena sudah fitrahnya untuk berasumsi dan berpandangan tentang kebahagiaan dalam berbagai kondisi. Maka yang tepat untuk menggeneralisir adalah kita selalu tidak bahagia. Kenapa? Karena dengan mengatakan demikian, sama artinya kita dalam posisi bahagia atau sedang. Apakah tulisan ini diketik dalam posisi sedang bahagia atau tidak, silakan pembaca mengira-ngira.


penulis (18/7/2021)

Tag : ,

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -