SERING DIBACA

Posted by : kontributor Minggu, 02 November 2014

Miris sekali rasanya di negeri yang begitu subur dengan keanekaragaman hasil pangan, lagi-lagi Indonesia harus malu menjadi negara penerima impor kedelai dari negara sekelas Amerika. Ini menjadi ironi di tengah kehidupan rakyat Indonesia yang terkenal sebagai negeri pangan dunia karena program dan keadaan alam yang mendukung, sebagai negeri panggilan penghasil pertanian Asia terbesar.

Dekade era Orde Baru Indonesia dijuluki sebagai negara Macan Asia yang lebih mengarah kepada kebutuhan sandang pangan. Indonesia mampu menjadi swasembada beras, yang meningkatkan harkat dan martabat bangsa ini menuju puncak kejayaan. Namun, pernahkah kita mengalami kekurangan stok pangan sebanyak saat masa Orde Baru berkuasa?

Indonesia yang kaya akan slogan sebagai negara subur kini menjadi negara ironi di antara yang tak pasti. Ironi sebagai negara makmur yang sering dielu-elukan sebagai negara kaya hasil bumi, namun hasilnya tidak pasti. Kita mengimpor kedelai dari negara superpower seperti Amerika, yang lebih dikenal sebagai negara imperialist dan multiras dalam hal budaya serta negara ekonomi paling maju dalam hal keuangan modern. Namun, semua itu berbalik. Amerika menjadi negara penghasil kedelai yang lebih terkenal daripada kedelai, yang seharusnya merupakan hasil bumi di wilayah tropis seperti Indonesia.

Hanya manusia-manusia bodoh yang mempunyai lahan pertanian yang begitu kaya dan terkenal sebagai negeri sandang pangan, namun tak mampu menjadikan kesempatan dan kebanggaan yang dimiliki untuk benar-benar dibuktikan bahwa apa yang dimiliki cukup untuk menjamin kata tentang ketersediaan dan kesejahteraan bagi pemiliknya dan rakyatnya. Ini menjadi fakta ironi antara kita dan Amerika. Amerika sebagai negara yang terkenal ke arah yang berlawanan, namun ternyata kita (Indonesia) yang terkenal sebagai negara petani, ternyata mengimpor kedelai dari Amerika.

Ketika sebuah negara imperialist seperti Amerika mengalami musim panas, kita menjadi gusar, cemas, dan gelisah karena kita mengandalkan pasokan kedelai dari negara yang bertolak belakang. Kita khawatir ketika pasokan Tempe tersendat karena Amerika sibuk dengan politik perangnya. Apakah kita akan terus mengharapkan pasokan dari Amerika selain persenjataan dan ekonomi?

*Berharap pada Kedelai*
Semoga esok kelak negeri ini tidak sampai parah mengharapkan pasokan yang sudah menjadi hasil dari kedelai tersebut seperti Tempe, Oncom, dan Tahu yang menjadi ciri khas dan urat nadi terakhir masyarakat Indonesia. Semoga pula Kementerian Pertanian, Perdagangan, UKM, dan Bulog serta lembaga lainnya menjadi jembatan bagi petani Indonesia untuk berkembang menjadi lebih baik. Kita berharap pemerintah dapat memberi bantuan kepada para petani kita di masa paceklik kedelai ini agar bisa tetap bertahan. Semoga pula Kementerian dan lembaga tersebut menjadi pembantu ikhlas bagi petani kedelai dan produsen Tempe agar tetap bertahan dalam segala keadaan, terutama di saat kita kekurangan jumlah produksi kedelai sebagai bahan dasar Tempe dan produk sejenis lainnya.

Pemerintah dan birokrasi juga berperan penting dalam nasib para petani. Selain cukong dan tengkulak yang sewenang-wenang menaik-turunkan harga dan memonopoli harga tanpa memperhatikan kebutuhan petani, ada juga pemilik pabrik kecap dan hasil olahan lainnya di luar Tempe. Mereka lebih berorientasi mencari keuntungan dengan memanfaatkan hasil bumi sejenis kedelai untuk hasil olahan sekunder. Bagi kalangan petani dan rakyat kecil lainnya, para cukong, tengkulak, dan antek keuntungan lebih nyaman bertransaksi dengan mereka pemilik pabrik kecap dan hasil olahan lainnya di luar Tempe. Mereka lebih mengkompromikan kelas menengah sebagai penikmat hasil pabrikan, bukan memprioritaskan rakyat penikmat pabrikan kecil seperti Tempe yang menjadi kebutuhan primer bagi rakyat kecil.

Hanya manusia bodoh yang mempermainkan harga kedelai dan mengandalkan kedelai dari Amerika yang bertolak belakang dengan slogannya sebagai negara imperialist. Mari kita berharap agar Indonesia dapat mengakhiri ketergantungan pada impor kedelai dan dapat menjadi negara yang sesungguhnya swasembada.

Tinggalkan Jejak Komentar

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -