SERING DIBACA

Posted by : kontributor Rabu, 26 Juni 2024



Di tengah gemuruh kehidupan modern yang berkilau, ada satu elemen alami yang sering kali terlupakan, tersembunyi di balik bayang-bayang beton dan kaca. Sungai, sang pembawa arus kehidupan, perlahan merana di tengah hiruk-pikuk peradaban. Padahal, sungai adalah saksi bisu perjalanan manusia, mencerminkan jati diri dan sejarah kita yang kaya. Mengabaikan sungai sama dengan mengabaikan asal muasal kita, tempat di mana identitas sejati terbentuk.
 
Sungai bukan sekadar aliran air; ia adalah urat nadi bumi yang menghidupkan segala yang disentuhnya. Bayangkan, ribuan tetes air yang mengalir bersama, seperti barisan pahlawan tak terlihat, membawa pesan kehidupan dari hulu ke hilir. Setiap lekuk dan belokan sungai menyimpan cerita, legenda, dan warisan budaya yang tak ternilai. Di tepiannya, nenek moyang kita dahulu kala bercocok tanam, membangun peradaban, dan menemukan jati diri mereka. Sungai adalah buku sejarah alami yang terbuka lebar, menunggu untuk dibaca dan dihargai, dan manusia di wariskan hanya cukup dengan menjaga dan merawatnya, karena seyogyanya sungai hiasan alam yang Tuhan suguhkan didunia ini dalam pangkuan ketakjuban kita.
 
Namun, kini sungai-sungai kita seolah menangis dalam sunyi, tertutup limbah dan sampah yang kita buang tanpa rasa. Airnya yang dulu jernih dan menyejukkan, kini berubah keruh dan penuh racun, seperti cermin yang retak, mengaburkan refleksi identitas kita. Kita lupa bahwa merawat sungai berarti merawat diri kita sendiri. Setiap sampah yang kita buang ke sungai adalah noda pada jati diri kita, setiap polusi adalah luka yang kita goreskan pada warisan nenek moyang. Kita kadang bersikap dzalim pada apa yang sudah ada, menjadi perusak, bahkan tak sedikit diantaranya meratakan sungai hanya demi menyambung kehidupan untuk beranak pinak, mengganti keberadaan sungai dengan tumpukan tanah yang beralih fungsi menjadi tempat kita membaringkan tubuh. Acap kali kita bersikap sentimentil pada keberadaan sungai dengan sikap acuh dan kebengisan kita, menjadikan sungai seakan pesaing kehidupan.
 
Merawat sungai adalah tindakan mulia yang melampaui batasan fisik. Ini adalah panggilan jiwa, seruan untuk kembali pada akar dan menghormati sumber kehidupan kita. Membersihkan sungai dari sampah dan limbah adalah bentuk penghormatan kepada alam dan sejarah kita. Mengembalikan kejernihan airnya adalah usaha untuk memulihkan kejernihan hati dan pikiran kita. Dalam setiap tetes air yang kembali bersih, ada refleksi dari niat baik dan kesadaran akan pentingnya identitas sejati kita.
 
Mari kita bergandengan tangan, seperti aliran sungai yang tak terputus, untuk merawat dan menjaga sungai-sungai kita. Biarkan air yang mengalir membawa pesan cinta dan kepedulian kita kepada generasi mendatang. Sebab, sungai bukan hanya mengalirkan air, tetapi juga harapan, kehidupan, dan jati diri kita yang abadi. Dengan merawat sungai, kita mengingat dan merayakan siapa diri kita sebenarnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari alam dan sejarah yang agung.

batulayang, 20 Juni 2024

Tinggalkan Jejak Komentar

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © salcenter.id - salcente.id - Powered by Blogger - Designed by salcenter -