- Back to Home »
- Ungkapan »
- DIAM / TINGGAL NAMA
Kota Hujan dulu lembab
oleh air yang menetes tanpa mengenal
musim
seperti dadaunan yang senantiasa tak pernah merasakan kering diantara gunung menghijau tanpa terlihat warna lain seperti merah dan coklat
Kini, alih berubah begitu cepat
tuan tanah dadakan muncul dimana-mana
begitupun “sang tuan” pemegang kebijakan
duduk manis tenang tanpa harus
keheran-heranan
Sang tuan sebelumnya pernah duduk dikursi
disebuah resto, bertemu tamu bersalam senyum meninggalkan satu bungkusan
tak ada yang tahu jika yang dibungkus bisa buat terbungkam dan tergadaikan
Rusak-rusak sudah..
tinggal menunggu tangis pilu
tinggal merah yang tertinggal mengganti dari yang tiada warna, tinggal amarah benci dari yang masih bernafas sentara yang bernafaspun hari ini diam
Biarkan kering karena disengaja seperti nampak sahara nantinya, jangan ada yang bersikukuh jika tak bisa menuduh tuan tanah kapanpun bisa datang jika ada teriakan lantang
Diamlah dan nikmati
pandangan yang tak nyaman harus dikata
ini jamannnya, ini eranya, sudah
waktunya
jangan cuma teriak, jangan berisik!
ini soal isi perut, jangan mengusik jadi diam saja atau nanti pulang tinggal nama