Archive for Oktober 2014
REVOLUSI PERBAB
By : kontributor
Setiap kali pemikiran
akan adanya kejenuhan oleh rasa terkekang karena peraturan yang datang dari
pemimpin yang tak berpihak kepada rakyat itu datang, pemikiran sang penulis
yang mencari keadilan selalu akan menggoda tangan untuk menari-menari di atas
putihnya kertas yang akan tergoresi tinta-tinta pengharapan akan hancurnya
sebuah keadaan terkungkung.
Tebal atau tidak,
lembaran buku-buku teriakan dari hati dan pemikiran jernih ini laksana pisau
yang tajam melebihi tajamnya pedang, buku merupakan tempat berlindung dan
tempat mengungkapkan kegelisahan hati seorang penyamun ilham kebebasan dan
tempat curahan akan kegundahan hatinya seorang pionir dan aktifis penulis.
Jika keadaan di
sebuah tempat/negara tidak ada ruang untuk berpendapat dan menggagaskan sebuah
ide pembaharuan, maka buku adalah jawaban sesungguhnya. Dan bila isi, adalah
sebuah kebenaran tentang kebejadan dan
kedengkian sang pemimpin, bukan tidak mungkin “pemberedelan” adalah
jawaban milik sang pemimpin dan “kemenangan berpendapat” adalah jawaban dari
sang pencari keadilan.
Dari Buku Semua Tertawa!!!
Sang pemimpin yang
bangga atas keberhasilannya membukam pendapat yang tertuang dalam buku-buku
tersebut, yang berisi tentang ancaman merasa telah hilang, walaupun sedikit
kecut ia merasakan kekhawatiran di hati kecilnya karena sebagian orang telah
membuka dan membacanya, sementara seorang penulis yang mengharapkan keadilan
merasa lebih tertawa walaupun hanya sebagian orang saja yang membacanya, paling
tidak ada rasa kepuasan karena secercah harapan akan perubahan yang diinginkan
telah tergambar dari orang-orang yang membacanya, dan sang pencari keadilan
lewat tulisan tetap berharap kepada para pembacanya tersadarkan akan keadaan
yang tidak berpihak ini. Karena sang penulis selalu mengharapkan eskalasi dari
buku yang telah tercipta dari tarian tangan dan pemikiranya. Karena sekali saja
orang membaca satu bait sebuah pemikiran tentang keadaan fakta sebenarnya, maka
satu kalimat itu adalah penggugah hati untuk berfikir ulang tentang sebuah
keadaan.
Dari Buku Hilanglah Kekuasaan
Jika dalam satu masa,
sang penguasa adalah penghianat bagi rakyatnya maka perlawanan adalah
jawabanya, tapi bila mana dalam satu masa perlawanan terkungkung oleh tindakan
militeris yang dapat melukai setiap
fisik maka pemikiran yang tertuang dalam buku adalah ruang penyampai dan
jawaban yang utuh,
Penguasa yang lalim
dan haus kekuasaan abadi, akan menggunakan segala cara untuk menghentikan semua
bentuk kritikan terhadap dirinya. Dan rakyat di posisikan sebagai objek
tertentu yang bisa di atur dengan telunjuknya, dan semua penguasa yang otoriter
selalu membuat sebuah alibi yang memposisikan dirinya sebagai civil society,
dan sebagai pemimpin dari sebuah kedamaian, padahal di balik semua itu, ada
nafsu keinginan untuk menundukan berbagai macam penghianatan terhadap dirinya
agar kelanggengan titahnya sebagai penguasa tetap terpelihara dan terjaga.
Mereka pemimpin yang
haus kekuasaan menggunakan sebuah peledoi akan kemunafikan dan kelicikannya dan
menggunakan berbagai macam cara untuk membagun pengaruh sentimenisme masyarakat
dan mengintimidasi, bahkan memutarbalikan
fakta sebenarnya seolah ”penganut impian keadilan terhadap rakyat atau para
penulis pencari keadilan”, dan mereka penganut keadilan terhadap rakyat adalah
seorang yang isi hatinya menangis dan mencurahkannya dalam sebuah buku tentang
ceritanya akan keadaan tidak berpihak ini. Untuk di anggap sebagai musuh yang
nyata.
Kursi kekuasan memang
mahal dan perlu pengorbanan, selain nafsu yang teramat kuat dari pemimpin yang
haus akan kelanggengangannya sebagai raja, mendorongnya mengesampingkan isi
hati nurani dan membuat sebuah opini negatif yang di tunjukan kepada para
aktifis penulis yang mendedikasikan dirinya pembela rakyat di posisikan sebagai
pembangkang dan perusak ketentraman, dan lagi-lagi masyarakat yang takut, di
intervensi untuk ikut andil berifikir bersama-sama melawan segala bentuk
pemberontakan lewat apapun termasuk kritikan lewat buku.
Ketika tiba masa
kehancuran itu, dan ketika para pemimpin licik itu berfoya dengan
kemenangannya, sesungguhnya tercipta gerakan bawah tanah dari orang-orang yang
terpengaruh dan tergugah hatinya karena pesan dari buku yang di berangus
menjadi fase awal terjadinya pembangkangan yang lebih besar. Buku yang berisi
perlawanan terhadap suatu keadaan yang tidak berpihak menjadi sebuah pedoman
dan pembangkit semangat untuk menghacurkan bersama-sama terhadap konstitusi
yang di salah artikan dan di salah gunakan, dengan begitu sesungguhnya keadaan
akan perlawanan semakin terang benderang karena buku adalah pembuka pikiran.
Dan bentuk perjuangan lembut dengan tidak menjadikan fisik sebagai garda
terdepan. Buku selalu menjadi awal bangkitnya rasa nasionalisme dan awal dari
perjuangan penggugah untuk menghacurkan segala bentuk kekuasan yang menindas
dan tak berpihak. Tetapi buku juga sering di salah artikan ketika sang penulis
bukanlah seorang petarung yang melawan ketikdak adilan melainkan seorang
pengecut, yang bersembunyi di balik satu frase kalimat hanya untuk menciptakan
sebuah kekeliruan dari keadaan yang sudah menajdi hal yang wajar menciptakan
keadaan yang tak wajar.
Buku adalah tempat
dimana setiap orang dapat menuangkan sebuah pemikiran dari yang hegemonis sampai
majemuk, dari yang absoluties sampai yang demokratis, dari hal yang bersifat
kelembutan sampai hal yang bersifat radikal semua dapat tertuang dan terangkai,
dan isi dari setiap gagasan yang tertulis di buku senantiasa tersimpan dan
abadi melekat sepanjang abad.
Tag :
Pemikiran,
MENGHALAU BADAI
By : kontributor
Waktu terus memanggilku
mengoyak lidah liar menyapamu
meruang coba singgah di pelataran rumahmu
dan ku jatuhkan benih ikrar pengharapanku
Sudikah pintu hatimu ku buka
untuk aku tata berhiaskan kata cinta
sembari melempar badan gairah yang tanpak nyata
dan menghalau api kebimbanganmu yang ada
Menghitung waktu dikening jawahmu
seperti telah ku rasakan engkau begitu ragu
coba ku usir asa gelisah disetiap sudut pandangamu
agar kau tahu bahwa aku tak "begitu"
mengoyak lidah liar menyapamu
meruang coba singgah di pelataran rumahmu
dan ku jatuhkan benih ikrar pengharapanku
Sudikah pintu hatimu ku buka
untuk aku tata berhiaskan kata cinta
sembari melempar badan gairah yang tanpak nyata
dan menghalau api kebimbanganmu yang ada
Menghitung waktu dikening jawahmu
seperti telah ku rasakan engkau begitu ragu
coba ku usir asa gelisah disetiap sudut pandangamu
agar kau tahu bahwa aku tak "begitu"
Tag :
Ungkapan,
TAKDIR BERPISAH
By : kontributor
Di kesepian malam
aku terlelap dalam buaian mimpi
seperti telah aku dengar engkau telah meninggalkanku
yang masih jauh dalam perjalanan roda waktu
Aku datangi engkau telah tertidur kaku
dan ku pijakan kaki di tanah
yang menjadi tempat terkahir kalinya
engkau merebahkan tubuhmu
Lebih dari 5 Jam berlalu
Aku buka kain kapan yang menutupi wajahmu
dan aku peluk erat tubuhmu
dengan tinggalkan kecupan indah
yang terakhir di keningmu waktu itu
seperti secuil takdir waktu
yang tersisa untuk bertemu denganmu
Sekarang 5 Jam kedepan
Sepatah kata ada yang telah memanggilku
dengan langkah berat ku coba naik di atas parit tanahmu
coba tengadah kelangir biru
akankah aku berjumpa denganmu kelak di sana
di surganya yang Esa
Kini
Aku pasarahkan ketika ragamu
telah tertimbun tanah di akhir waktu
sementara air mataku tak hentinya
terisak-isak menangisi kepergianmu
aku jatuh terkulai, dekat batu nisanmu yang membisu
dan mensesali apa yang tak pernah ku perbuat untukmu
Coba ku peluk gundukan tanah
yang seperti bukit itu
lalu tersirat ingin rasanya aku menyusulmu
bertemu denganmu kembali
menggemgam jari-jemari halusnya tanganmu
agar tak lepas dari jangkauan mataku
sambil ku bisikan kata syahdu layaknya lagu
bahwa "aku rindu dekat denganmu"
aku terlelap dalam buaian mimpi
seperti telah aku dengar engkau telah meninggalkanku
yang masih jauh dalam perjalanan roda waktu
Aku datangi engkau telah tertidur kaku
dan ku pijakan kaki di tanah
yang menjadi tempat terkahir kalinya
engkau merebahkan tubuhmu
Lebih dari 5 Jam berlalu
Aku buka kain kapan yang menutupi wajahmu
dan aku peluk erat tubuhmu
dengan tinggalkan kecupan indah
yang terakhir di keningmu waktu itu
seperti secuil takdir waktu
yang tersisa untuk bertemu denganmu
Sekarang 5 Jam kedepan
Sepatah kata ada yang telah memanggilku
dengan langkah berat ku coba naik di atas parit tanahmu
coba tengadah kelangir biru
akankah aku berjumpa denganmu kelak di sana
di surganya yang Esa
Kini
Aku pasarahkan ketika ragamu
telah tertimbun tanah di akhir waktu
sementara air mataku tak hentinya
terisak-isak menangisi kepergianmu
aku jatuh terkulai, dekat batu nisanmu yang membisu
dan mensesali apa yang tak pernah ku perbuat untukmu
Coba ku peluk gundukan tanah
yang seperti bukit itu
lalu tersirat ingin rasanya aku menyusulmu
bertemu denganmu kembali
menggemgam jari-jemari halusnya tanganmu
agar tak lepas dari jangkauan mataku
sambil ku bisikan kata syahdu layaknya lagu
bahwa "aku rindu dekat denganmu"
Tag :
Ungkapan,
AKU RELA
By : kontributor
Jiwaku terurai merajut asa
di penantian yang kelam nan lampau
daki-daki telah terkelupas dari pemukaan kulitku
mengharap engkau tuk singgah dan menemaniku
Diam-diam air mataku menetes
bagai embun yang menyinari rerumputan
ilalang yang kering meliuk-liuk
seolah menyambut haru atas perginya dirimu dari hidupku
Usah kau bimbang melihat diriku terpampang
dikabut badai hitammu
pergilah dengan hatimu yang diiringi ketulusan
biarlah diri ini merana da mati sia-sia
karena mengharap satu hal cerita cinta menjadi nyata
di penantian yang kelam nan lampau
daki-daki telah terkelupas dari pemukaan kulitku
mengharap engkau tuk singgah dan menemaniku
Diam-diam air mataku menetes
bagai embun yang menyinari rerumputan
ilalang yang kering meliuk-liuk
seolah menyambut haru atas perginya dirimu dari hidupku
Usah kau bimbang melihat diriku terpampang
dikabut badai hitammu
pergilah dengan hatimu yang diiringi ketulusan
biarlah diri ini merana da mati sia-sia
karena mengharap satu hal cerita cinta menjadi nyata
Tag :
Ungkapan,
TAKJUB
By : kontributor
Seperti kemilau rona wajahmu
yang membawa seribu biduk asa
perumpamaan
didalam pengejaan kata aku ungkapkan
dan didalam benak yang aku pikirkan
bagiku tetaplah kamu yang berbeda
karena disetiap pandangan ada sejuta
untaian kalimat
yang menjadi hiasan
Setelah sekian sejarah yang pernah aku singgahi
akhirnya dirimu menjadi penguasa alam
mimpiku
hingga pada detik inipun kamu masih
membelakangi pandanganku
hingga aku tak dapat menerjemahkan
langkah kaki ini
kemana aku akan menyusuri
Atas nama takdir sepertinya kamu telah
menjadi istimewa
hingga Tuhan meniadakan manusia selain
dirimu
untuk hadir di dunia menemaniku
aku tak dapat menebak sepenuhnya siapa
dirimu
tapi bagiku, cukuplah kamu yang memberi rasa
dari setiap pandangan mata menjadi cerita bahagia
Tag :
Ungkapan,